Rabu, 03 Oktober 2007

Impian Menuju Kesatuan Idul Fitri (Sebuah Renungan Dangkal)

Ini hanyalah sebuah tulisan dangkal tentang Persoalan Perbedaan Hari Raya dari seorang umat Islam tidak cukup ilmu. Jika ada salah silahkan dibetulkan. Karena sesuai dengan judulnya, ini hanyalah sebuah renungan dangkal.

Perayaan Idul Fitri tahun ini kelihatannya tidak kompak lagi. Ini karena Muhammadiyah telah mengumumkan bahwa 1 Syawal bertepatan dengan tanggal 12 Oktober, berdasarkan kaidah hisab yang digunakannya, sedangkan NU dan Pemerintah masih akan menetapkannya pada sidang isbat tanggal 11 Oktober nanti.

Menurut beberapa pakar, meskipun posisi pada tanggal 11 oktober hilal berada di atas ufuk (wujudul hilal), namun tidak akan bisa terlihat karena posisinya yang kurang dari lima derajat. Padahal NU dalam menginterpretasikan hadits melihat bulan, adalah dengan kriteria bulan terlihat (rukyatul hilal). Bahkan di zaman itu jika ternyata mendung dan bulan tidak terlihat, maka Ramadhan digenapkan menjadi 30 hari.

Berkembangnya ilmu pengetahuan, menyebabkan ilmu falak juga berkembang. Posisi-posisi bulan bisa ditentukan dengan menggunakan penghitungan. Bahkan dengan penghitungan-penghitungan hisab sederhana ala bapak saya juga bisa menebak kapan hari raya pada tahun tertentu (mungkin nanti hari raya saya tak berguru ke bapak saya). Sehingga dengan demikian, meskipun mendung, maka sebenarnya posisi bulan bisa diperkirakan.

Perbedaan itu ada pada kriteria

Membaca dari beberapa berita tentang pertemuan NU-MD untuk mencoba menyatukan tanggal 1 Syawal, saya melihat tidak ada perbedaan tentang apakah hari raya di tetapkan dengan menggunakan metode hisab atau rukyah. Saya kira NU juga tidak akan menolak atas penghitungan hisab, karena metodologinya bisa dipertanggung jawabkan. Bahkan setahu saya di NU juga banyak yang pakar hisab. Namun kelihatannya persoalan perbedaan itu ada pada penetapan kriteria. Bagi Muhammadiyah, jika hilal sudah berada di atas ufuk, maka itu artinya besuk akan masuk tanggal 1 Syawal, sementara itu karena NU memegang kata "melihat", maka NU akan menetapkan hari raya apabila posisi hilal berada di atas ufuk pada derajat yang memungkinkan untuk dilihat (lima derajat).

Mungkin juga karena persoalan kriteria itu sehingga ketika saya menggunakan time prayer yang menggunakan hisab, hari raya jatuh pada tanggal 13 Oktober, berbeda dengan hisab yang dilakukan MD.

Hisab

Dengan demikian, bagi saya keduanya mempunyai alasan-alasan yang logis dalam menetapkan hari raya. Sehingga, jika masing-masing pihak bersikukuh dengan metode yang selama ini digunakannya, maka saya kira selamanya tidak akan pernah ketemu.

Ibadah Kesatuan dan Kebersamaan

Saya memberi apresiasi kepada Yusuf Kalla yang sangat berambisi untuk menyatukan pendapat NU-MD agar hari raya bisa sama. Beberapa kali Kalla mengeluarkan statemen agar hari raya bisa dilakukan bersama. Bahkan mengundang dua ormas itu untuk bisa menyatukan pendapat. Meskipun hasilnya tetap tidak terjadi kesepakatan.

Saya juga sangat sepakat dengan Dewan Syariah PKS yang untuk tahun ini dan seterusnya
tidak ikut menetapkan Hari Raya untuk tidak menambah masalah perbedaan. Dewan Syariah menginstruksikan agar para kader dan simpatisannya mengikuti penetapan Hari Raya di daerah setempat.

Dalam sebuah acara menyambut Ramadhan, seorang ustadz mengatakan bahwa hanya ada di Indonesia dalam satu negara ada dua hari raya. Bahkan yang lebih parah dalam satu keluarga hari rayanya tidak sama. Di Mesir yang para aktifisnya sering bentrok dengan pemerintahnya saja, mereka mempunyai satu hari raya. Saya sendiri sebenarnya pengin tahu, bagaimana mereka menetapkan kriteria.

Menurut saya Ramadhan dan Hari Raya memang sangat kental nuansa kebersamaannya, ini adalah ibadah jamai. Dan perasaan ini tidak bisa dibohongi, bahwa ketika hari raya tidak berbarengan maka suasananya menjadi "cebleh" kata orang Jawa. Menjadi hambar.

Dampak paling serius terhadap perbedaan kriteria penetapan tanggal 1 pada penanggalan Hijriyah. Penanggalan ini menjadi tidak kredibel karena tidak bisa dipastikan.

Mungkinkah Menyatukan Hari Raya ?

Saya kira mungkin, karena di negara lain bisa dilakukan. Bukankah di negara lain juga banyak jamaah muslimnya ? Bahkan jika memang berbeda, maka sebuah posting yang dimuat Harry Sufehmi patut di renungkan untuk mengatasi masalah perbedaan tersebut. Kuncinya adalah mengalah. Ekstrimnya mungkin seperti PKS yang akhirnya malah menyerahkan pada pendapat jumhur yang ada di lokasi tempat tinggal masing-masing, meskipun secara pertimbangan syariah mereka pasti bisa menetapkan sendiri seperti hari raya sebelumnya.

Secara realitas, untuk melakukan penetapan hari raya, sebenarnya yang dilakukan Departemen Agama sudah benar. Melakukan sidang isbat dan berusaha menyatukan pendapat. Jika persoalan hari raya bisa disepekati di sidang isbat maka masalahnya selesai. Jika terjadi perbedaan pendapat maka pendapat minoritas mengukuti jumhur. Meskipun realitasnya mungkin tidak sesederhana itu.

Atau yang paling sempurna adalah dengan membuat ketetapan internasional. Sehingga hari raya Idul Fitri sedunia akan sama. Namun pertanyaannya, siapakah lembaga yang mempunyai otoritas untuk itu karena realitasnya tidak ada wadah koordinasi bagi jamaah-jamaah Islam secara alami (intenasional).

Pertanyaan mendasarnya adalah adakah kemauan kita untuk bersatu ?

Wallahu a'lam

3 komentar:

  1. Saya juga punya postingan blog yang mirip dengan tema ini, menentukan 1 Syawal dengan KStars :), ini link nya. http://takdir.blogspot.com/2007/09/penentuan-1-syawal-akankah-ada.html

    BalasHapus
  2. Ada artikel yang mirip berjudul Menentukan 1 Syawal Dengan Linux dari Pak Rusmanto.

    Salam
    Fuad Muftie

    BalasHapus
  3. [...] Lebih menyenangkan lagi, sehari sebelum pulang kampung, seseorang memberikan alamat tulisan Pak Rusmanto di komentar salah satu artikel saya. Menentukan satu syawal dengan KStar. Tulisan yang sangat detail dan bisa dimengerti oleh orang awam semacam saya. Sebenarnya saya telah lama memasang aplikasi KStar pada Linux Ubuntu saya, namun saya tidak mengerti bagaimana cara menggunakannya. Seharian saya berselancar di KStar. Mengasikkan. Seperti saya telah menjelajah langit. Seakan-akan saya bisa melihat perlahan-lahan matahari tenggelam dan bulan menyusul dengan menampakkan sabitnya. [...]

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)