Rabu, 21 Maret 2007

Dari Komputer Baru Sampai Linux

Sebagaimana saya ceritakan kemarin, entah karena apa komputer yang telah lebih dari 8 tahun menemani saya itu akhirnya rusak berat. Hardisk, Motherboard, VGA Chart dan sebuah memorinya tak bisa digunakan lagi. Terpaksa saya harus "koret-koret" keuangan, karena tanpa komputer saya sudah tidak bisa apa-apa lagi. Desain web untuk DPD, dan beberapa proposal kegiatan belum bisa saya selesaikan dengan baik.

Akhirnya saya harus mengeluarkan biaya 420 ribu lagi diluar hardisk agar komputer saya bisa digunakan. Sparepart second nggak apa-apalah yang penting bisa jalan. Sekarang komputer spesifikasinya menjadi Pentium III 800, dengan memory 128 + 64, dan hardisk 80 GB. Lebih baik daripada spesifikasi yang dulu. kalau hanya untuk keperluan Office, PHP, Delphi masih wuuussss. Nggak tahu kalau untuk MS dotNet, mungkin ya masih klemek-klemek.

Sebagai penggemar Linux, walaupun masalah dependensinya masih saya benci, dan walaupun kemarin telah meluluh lantakkan semua data saya. Saya mempertimbangkan dua buah distro. Mandriva 2007 dan kubuntu 6.01. Saya coba mandriva mini 1 CD yang dalam situsnya dikatakan lebih baik dari kubuntu itu, ternyata nggak bisa masuk XWindows. Saya install yang tiga CD, sukses, namun soundcard onboardnya nggak kedetek. Akhirnya kembali install kubuntu 6.10, yang bisa mendeteksi soundchard saya. Keluar suaranya, meskipun hanya bisa untuk mendengarkan file yang berextensi ogg saja.

Sebelumnya saya terbiasa menggunakan Mandriva, dan bagi pengguna rumahan, sebenarnya Mandriva cukup mudah digunakan. Seperti untuk mengedit bagian boot, dimandrake sudah ada GUI nya, sementara di kubuntu harus mengedit file di /boot/group /boot/grub. Jumlah CD pada Mandriva yang banyak juga cukup memudahkan bagi yang tak tersambung internet agar tidak terlalu kesulitan untuk melakukan update program.

Ada satu problem pada fungsi monitor & display saya. Semula resolusi bisa berjalan pada sekitar 1024 X xxx, namun tidak tahu kenapa, sekarang ini pilihan resolusinya hanya sampai pada 800 X 450. Jadi pilihan untuk resolusi diatasnya tidak ada. Kelihatannya saya masih mempertimbangkan untuk menggunakan Mandriva lagi. Untuk urusan desktop saya kira, saya paling cocok dengan Mandriva.

OK begitu dulu cerita saya, semoga bisa cerita-cerita lagi setelah ini, karena minggu-minggu ini load saya sangat tinggi.

6 komentar:

  1. yang bener "chart" apa "card" sih? *lugu
    sebelum memutuskan kembali ke mandriva, coba main2 kesini dulu:
    http://wiki.ubuntu-id.org/PanduanUbuntu
    kalo saya mah dengan hd 80gb bikin repo lokal saja: http://wiki.ubuntu-id.org/MembuatRepositoriLokal

    BalasHapus
  2. Btw Trenggalek ya? Sama dong..! :D

    BalasHapus
  3. Nggak coba SuSE saja mas ? BTW, SuSE memang sebaiknya menggunakan RAM 256 MB keatas.

    Untuk MP3 dan deteksi hardware, saya yakin SuSE bisa menjadi pilihan yang reasonable :-).

    Untuk MP3 Plugin buat SuSE, bisa refer kesini

    BalasHapus
  4. wah..senasib mas. spek komputere podho dengan yang di rumah..;-)

    BalasHapus
  5. /boot/group/... apa /boot/grub/... ???
    :D

    mandriva memang paling top (stand alone)
    Debian memang paling joss (server)
    :D

    BalasHapus
  6. /boot/group/... apa /boot/grub/... ???
    :D

    mandriva memang paling top (stand alone)
    Debian memang paling joss (server)
    :D

    Tapi Windows XP lebih Josss =))

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)