Setiap Idul Fitri, setiap itu pula saya dan keluarga selalu mudik. Namun, yang tidak terlalu memberatkan adalah karena tempat tinggal istri dan saya masih di Jawa Timur, dan masih satu jalur. Istri saya Nganjuk, dan saya Trenggalek. Sehingga mudik menjadi lebih praktis, transit di Nganjuk, baru ke Trenggalek.
Mudik kali ini berbeda dengan biasanya, karena kali ini saya mudik menggunakan motor. Sebenarnya untuk jarak yang jauh, Surabaya - Nganjuk, saya tidak tega mengajak anak saya yag masih kurang dua tahun itu bermotor. Karena itu saat pulang ke Nganjuk, saya menitipkannya pada mobil carteran buliknya. Namun saat kembali ke Surabaya, melihat pengalaman berdiri Nganjuk Surabaya pada saat-saat ramai seperti ini, menjadikan saya tega untuk membawanya pulang dengan motor. Jarak tempuh yang biasanya tiga jam itu, sampai molor 4 jam, karena kami beberapa kali berhenti untuk beristirahat, sembari minum segelas es degan di pinggir jalan. Alhamdulillah Fitra tidak terlalu rewel di perjalanan.
Mudik dengan motor di satu sisi memang lebih enak dibandingkan dengan naik kendaraan umum, terutama untuk daerah yang tidak terlalu jauh atau pada jarak tempuh yang kurang dari 5 jam. Namun yang lebih enak adalah pulang dengan membawa mobil sendiri he.. he.. . Sesampainya di kampung kita bisa bepergian ke rumah saudara dan para teman tempoe doloe yang biasanya akan pulang juga saat lebaran tiba.
Naik kendaraan umum pada situasi ramai seperti sekarang cukup susah, apalagi kualitas kendaraan umum di negara ini sepertinya asal jalan dan tidak memiliki standar kenyamanan dan keamanan angkutan. Sehingga yang namanya kendaraan umum akan sangat jauh dari nyaman, karena orientasinya keuntungan, bukan kenyamanan. Jumlah penumpang yang tidak dibatasi, pedagang asongan dan pengamen yang sangat banyak, udara pengap dan panas, serta perokok yang tidak peduli tempat adalah pemandangan biasa di angkutan umum. Malah kalau di kereta, biasanya di malam hari hampir semua gerbong gelap gulita tiada cahaya.
Hari Minggu saya tiba di Nganjuk, dan karena saudara-saudara dari keluarga Nganjuk baru datang sekitar dua tiga hari lagi, maka akhirnya diputuskan hari Senin untuk ke Trenggalek terlebih dahulu. Di Nganjuk keluarga belum berlebaran hari Senin, tapi ketika saya menelpon rumah Trenggalek ternyata keluarga disana berlebaran hari senin, mengikuti masjid dekat rumah. Akhirnya keesokan harinya saya mencari tempat untuk Sholat Ied senin, dan sorenya ke Trenggalek.
Lebaran dengan hari berbeda seperti ini sungguh sangat tidak nyaman. Selain agenda kunjungan menjadi tidak jelas, suasana kebersamaannya menjadi tidak begitu terasa. Para pemimpin umat di radio dan televisi mengajak kita bersatu, dan meminta umat saling memahami. Tapi justru para pemimpin umat maunya jalan sendiri - sendiri, jauh dari suasana saling memahami, mereka ternyata tidak bisa bermusyawarah mufakat sekedar menentukan tanggal 1 Syawal. Akhirnya umat di bawah kayak saya ini juga yg bingung.
Seperti biasa agenda Lebaran adalah sungkem ayah, ibu, mertua, dan nenek. Juga bertandang ke rumah saudara dan beberapa sahabat yang sudah lama tidak bertemu. Meski sudah sampai di rumah nenek di Kecamatan Watulimo, namun saya tidak sempat mampir ke Pantai Karanggongso untuk cari masakan cumi-cumi, karena waktu sudah sore. Mudah-mudahan lain kali kalau kalau ada libur yang agak panjang.
Terima kasih buat rekan-rekan yang menyempatkan main ke rumah bapak saya pada lebaran ini, Syaifuddin - meski nggak sempat ketemu saya -, Ahmad, Yudiantono, serta Yudi Suryanto dan Istri. Juga kepada rekan-rekan yang kirim SMS tetapi tidak sempat terbalas, karena kualitas HP saya yang sudah kuna, yang aga susah untuk digunakan ngetik, apalagi kirim by groups :(.
Selamat Idul Fitri 1427 H, Taqabalallahu Minna Wa Minkum dan mohon maaf lahir batin.
----------------------
Keterangan foto :
1. Saya yang lagi sungkem.
2. Angel anak sepupu yang lagi salaman dg anak saya.
Senin, 30 Oktober 2006
Seputar Idul Fitri 1427 H
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Untung waktu tempuh cuma maks 4 jam ya pak. Klo lebih dari itu...kasian Fitra. Saya suka ndak tega lihat anak2 yang dibawa mudik naik motor berjam2. Lha wong saya yang udah tua aja...mbonceng motor lebih dari 2 jam udah pegel2 :(
BalasHapusOya, mohon maaf lahir batin ya pak. Taqobbalallahu minna wa minkum.
suwe ora jamu ... ternyata mbak merry dari nganjuk ya? kemaren saya juga akhirnya ke nganjuk jg pak'e, sowan ke mbah istri (yang juga mbah saya tentunya). btw, nyuwun pangapunten nggih saking kulo sakaluwarga.
BalasHapus#1. Iya mbak, soalnya kepaksa sih, aslinya kasihan juga. Tapi di jalan malah dia tudur mulu. Alhamdulillah anak saya bandel dan nggak gampang sakit :).
BalasHapus#2. Iya cak Dafiq. Aku di Nganjuk kota, dekat SMA 1. Sampeyan nganjuk mana.
Sama2 saya juga minta maaf yg sebesar - besarnya.
wah mudik lagi neeh. asyik euy.........saya mudik ke garut. senang sekali karena pada saat tiba di kota kesayangan akan banyak sekali pendatang-pendatang dari kota yang dandanannya aneh-aneh. saya sendiri sering tertawa melihat mereka
BalasHapus