Senin, 14 Agustus 2006

Oleh - Oleh Dari Sumenep

Foto BersamaMenyenangkan, itulah kata singkat untuk menggambarkan kepergian saya ke kota Sumenep dalam seminggu lalu (7-11/8). Bagi saya, berada di kota ini seakan berada di kampung sendiri. Kota yang rapi dan tertib dengan penduduk yang teramat ramah. Yang cukup membuat saya agak heran, ternyata rata-rata orang Sumenep bisa berbahasa Jawa.

Sayangnya, setiap kedatangan saya ke Sumenep yang memang bukan untuk berwisata itu, membuat saya tidak bisa leluasa pergi ke berbagai tempat wisata disana. Siang hari dipakai untuk acara resmi, dan malam hari hampir tidak ada tempat yang bisa kita kunjungi, kecuali untuk makan dan jalan-jalan ke taman bunga. Empat kali ke Sumenep, hanya untuk menyelesaikan tugas saja, dan setelahnya harus pulang ke Surabaya.

Mati listrik kamis siang kemarin, membuat acara pelatihan yang harus menggunakan komputer itu terpaksa dihentikan. Seorang peserta bertanya apakah saya pernah singgah ke beberapa tempat di Sumenep, seperti wisata budaya di keraton, atau bahkan ke pantai Lombeng atau Slopeng yang amat terkenal indahnya itu. Saya hanya menggeleng. Mungkin karena iba, rekan-rekan akhirnya mengajak saya berjalan-jalan ke keraton Sumenep. Dengan senang hati saya menyambut ajakan tersebut.

Lokasi keraton yang masih di dalam kota itu cuma ditempuh dalam beberapa menit saja. Dan atas kebaikan pak Edy Suprayitno, saya bisa meminjam kamera digitalnya untuk mendokumentasikan keberadaan saya di Sumenep.

Bangunan keraton itu masih nampak keasliannya, bagian paseban(ruang pertemuan) masih berdiri megah, demikian pula bangunan tempat tinggal raja. Untuk memasuki kompleks tempat tinggal raja, ternyata harus melalui perizinan yang cukup rumit. Akhirnya saya harus berpuas diri dengan menikmati bagian luar tempat tinggal raja saja, meskipun saya sempat mengintip ruang tidur raja dengan dipan dan almari berukir indah, dan kasur yang sangat tebal itu. Kelihatannya sangat empuk.

Al QuranDi Luar tempat tinggal raja ada museum tempat menaruh berbagai barang dan assesoris peninggalan kerajaan. Namun yang paling mengagumkan adalah AlQuran tulisan tangan yang dibuat oleh Sultan Abdurrahman sekitar 200 tahun yang lalu, dengan font yang sangat mudah untuk dibaca.

Saya juga sempat masuk ke taman sare (taman sari dalam bahasa jawa). Tempat ini dahulu digunakan sebagai tempat pemandian istri - istri Raja. Sekarang menjadi kolam ikan dengan air yang jernih, karena ini adalah lokasi sumber air yang selalu mengalir. Sebelum keluar komplek, saya singgah dulu di atas gapura komplek. Gapura yang bernama labang mesem itu mempunyai ruang santai diatasnya. Saya sempat naik ke atas, dan dari sana, sang raja bisa melihat - lihat pemandangan sekitar, dan tentu saja taman sare (ah, seandainya saya menjadi raja :)).

Sebelum pulang, mas Bambang dari Disparbud, menghadiahi kami Sebuah buku hard cover "Sejarah Sumenep" setebal 196 halaman yang telah saya khatamkan dalam dua malam, juga CD Pariwisata dan Budaya Sumenep. Tak lupa kami menyempatkan diri mampir di Asta Tinggi, komplek pemakaman raja-raja Sumenep, sebelum akhirnya pulang ke hotel karena waktu sudah hampir pukul lima sore.

Sebenarnya mas Edy Suprayitno meminta saya untuk pulang hari Minggu saja. Hari Sabtu saya akan diantarnya ke pantai Slopeng dan Lombeng, namun karena rekan saya ada acara pada sabtu siang, akhirnya saya harus kembali ke Surabaya pada Sabtu pagi. Mudah-mudahan lain waktu saya bisa memenuhi ajakannya kembali.

Foto - foto lengkapnya bisa anda lihat disini

--------
Terimakasih kepada Pak Yayak, Mas Fembri, Mas Edy, Mas Bambang, Mas Ibnu, Mbak Ama, Mas Ainur, Mas Sepri, Mas Alfian, Mbak Santi, Mas Amam, dan semua yang membantu acara ini. Mudah-mudahan kita masih bisa bertemu kembali di lain waktu.

11 komentar:

  1. ring Sumenep nglatih opo tho cak?

    BalasHapus
  2. #1 Nglatih Joomla cak ...

    BalasHapus
  3. Ke sumenep belum pernah, cuman katanya temen2 memang disini pusatnya kerajaan isla jaman dulu. Salah satunya ya ada peninggalan brupa Al quran tulisan tangan itu.

    Oleh2nya ? :)

    BalasHapus
  4. #2,
    canggih men Sumenep kuwi cak? URLe ndi?
    user training atau development training?

    BalasHapus
  5. #4 Ini User Training, bukan development.

    Website utamanya bukan joomla cak, tapi dulu dibuat oleh sebuah konsultan (http://sumenep.go.id). Kalau yang joomla untuk keperluan web dinas. Tapi belum langsung di publish, masih di develop secara offline.

    Orang dipemda Sumenep itu sangar cak, motivasi belajarnya tinggi. Situs2 dinas yg ada sekarang itu adalah hasil pelatihan HTML yang dulu pernah dilakukan. Sekarang pengin yang dinamik, akhirnya kita pilih Joomla yang powerfull.

    BalasHapus
  6. weleeeh.....ikutan carok ya kang?

    BalasHapus
  7. Alqurannya keren! ditulis tangan sendiri :)

    BalasHapus
  8. anda hanya tahu luarnya saja kok tentang buku sejarah sumenep, coba perhatikan kalimat demi kalimat, tim penyusunnya sebagian ngangkut darti tulisan orang lain, antara lain milik hub de young. nah

    BalasHapus
  9. apakah ada foto Sultan Abdul Rahman (Raja Sumenep) ?
    kalo boleh, apakah saya bisa mendapatkannya?
    terima kasih.

    BalasHapus
  10. ada keluarga keraton yang lagi nimbrung ? kemaren ada orang yang ngaku keluarga keraton soalnya. cek and recek.

    BalasHapus
  11. Katanya yg buat website uda dpt pelatihan HTML?
    Tapi kok tampilan websitenya masi jube'?
    trus knp kok sering g Online?
    Mana hasil dari pelatihannya?
    Mankana je' tedung malolo bekto pelatihan..
    ngakan gaji buta ye mankana reng pemda tabu'na cembut..
    Konsekuen ma janji wkt di angkat dunk..
    Matodusen Sumenep bei

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)