Kamis, 03 Agustus 2006

Mewaspadai Pasukan Penjaga Perdamaian PBB

Pasukan PBB, Sumber BBCDitengah gencarnya Israel membombardir Lebanon, wacana tentang pengiriman pasukan perdamaian PBB ke Lebanon semakin mencuat. Kehadiran pasukan PBB di Libanon diharapkan mampu menghentikan peperangan antara Israel dan Lebanon (Hizbullah) yang telah memporakporandakan Libanon dan membunuh sekian banyak penduduk sipil.

Namun, seperti yang sudah-sudah, saya merasa ragu, apakah pasukan perdamaian ini benar-benar akan bisa bertindak adil dalam menengahi pertikaian ? Atau, justru akan dimanfaatkan oleh Amerika dan Israel untuk meraup keuntungan seperti yang sudah-sudah. Keraguan saya dan banyak orang tentu tak bisa disalahkan, karena apa yang disebut pasukan multinasional biasanya selalu berpihak pada kemauan Amerika, apalagi ini menyangkut kepentingan Israel, sang anak emas Amerika. Lihat saja Afganistan dan Irak, pasukan multinasional dijadikan legitimasi Amerika untuk memuluskan kepentingannya sendiri.

Membaca kompas sore ini, Israel akan terus melakukan gempuran terhadap Libanon sampai pasukan penjaga perdamaian PBB datang. Namun, apakah pasukan PBB akan bersikap netral ataukah sebagaimana kata Olmert ?


Olmert mengatakan, Israel menginginkan pasukan penjaga perdamaian yang mendapatkan mandat dari Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) serta resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB yang melucuti senjata kelompok Hizbullah. "Jika diperlukan, seperti harapan kami, pasukan internasional ini akan efektif, bila mereka memiliki unit yang dapat menghentikan kontak senjata di Lebanon Selatan," ujar Olmert. (kompas).


Melucuti senjata Hizbullah. Jadi inilah yang diinginkan Israel pada pasukan penjaga perdamaian PBB itu. Okelah, pasukan penjaga perdamaian PBB sebagian berasal dari negara-negara Muslim, namun yang pasti komandan akan tetap ditangan Amerika atau sekutunya. Dan seperti biasa, saya belum yakin jika pasukan dari negara-negara muslim mampu menolak kemauan sekutu untuk melucuti senjata Hizbullah, pejuang yang di stigmakan sebagai teroris oleh Amerika dan sekutunya itu.

Jika senjata Hizbullah dilucuti, maka sebenarnya sudah tidak ada lagi perimbangan kekuatan antara Israel dan Libanon. Karena faktanya Hizbullahlah yang selama ini menjadi benteng bagi Lebanon dan bahkan mampu mengusir Israel dari bumi Libanon Selatan beberapa tahun silam.

Mengutip Jawa Pos,


Siniora, PM Libanon, justru memuji kiprah gerilyawan Hizbullah di perbatasan Lebanon. Dia juga berterima kasih atas peran militan Syiah itu mempertahankan kawasan selatan Lebanon dari upaya invasi Israel selama dua dekade lalu. "Saya katakan kepada Anda bahwa Hizbullah adalah sebuah kelompok yang benar-benar memiliki peranan penting mengusir pasukan Israel dari sebagian besar wilayah Lebanon pada pertempuran tahun 1978 hingga 1982," tuturnya bangga.

"Gerilyawan memiliki prinsip yang mereka junjung tinggi. Selain itu, mereka juga memiliki cara sendiri dalam mencapai tujuan mereka. Dan, yang terpenting tujuan utama mereka adalah membebaskan Lebanon dari belenggu penjajahan," lanjutnya. Lebih lanjut. Siniora juga mengatakan bahwa gerilyawan pimpinan Sheik Sayyed Hassan Nasrallah itu tidak bersalah atas agresi militer Israel 12 Juli lalu. Dengan tegas, dia menolak tudingan beberapa pihak yang menyebut Hizbullah sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas krisis Israel-Lebanon. (jawapos)


Jadi, negara-negara Muslim yang turut serta dalam Pasukan Perdamaian itu, mudah-mudahan menyadari akan fungsi dan tugasnya, karena jika tidak, mereka hanya akan diakali oleh Amerika dan Israel.

Mudah-mudahan pertolongan Allah selalu bersama para pejuang di Lebanon dan palestina. Allahu Akbar !!!

Foto : BBC

5 komentar:

  1. Yup...pas dengar di berita klo Israel akan tetap meneruskan serangannya ke Libanon SAMPAI pasukan perdamaian PBB datang...ini adl hal yg sungguh aneh dan mencurigakan. Pasukan perdamaian datang utk melucuti senjata Hizbullah. Dan resolusi utk itu skrg tengah disiapkan antek2 Yahudi di PBB.
    Hmm..semoga pasukan perdamaian dari Indonesia tidak terjebak dlm akal busuk Yahudi ini

    BalasHapus
  2. Ternyata benar, berikut adalah kutipan dari Koran Tempo Hari ini,

    YERUSALEM -- Perdana Menteri Israel Ehud Olmert berjanji akan berhenti menggempur basis-basis Hizbullah. Tapi, untuk itu, Israel meminta syarat, yaitu adanya pasukan perdamaian "yang kuat" sesuai dengan mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa di Libanon Selatan. Pasukan ini pun harus berasal dari negara Eropa, seperti Prancis, Inggris, Italia, dan Turki. Di luar negara itu, Israel masih mau menerima pasukan perdamaian dari Australia.

    Menurut Olmert, pasukan PBB mesti ditaruh di sepanjang perbatasan Libanon-Suriah. Tujuannya adalah mencegah penyelundupan senjata dari Suriah ke Libanon.

    "Kami tidak bisa menghentikan serangan jika di sana belum ada pasukan militer internasional yang kuat dan sangat efektif," kata Olmert kepada kantor berita AP kemarin. "Hizbullah bakal tetap ada di sana dan kami tidak akan mendapatkan apa-apa."

    Olmert menjelaskan operasi militer di Libanon bukan untuk menduduki negara itu, melainkan buat mengenyahkan Hizbullah, agar bisa membuka jalan bagi masuknya pasukan internasional. "Lebih cepat lebih bagus (pasukan internasional ada di Libanon)," ujarnya.

    BalasHapus
  3. depan gak bisa, belakang gak bisa. nasib golongan lemah ya bagini.

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)