Sabtu, 22 April 2006

Banjir di Trengggalek

Kabupaten Trenggalek dalam tiga hari terakhir menyedot perhatian media Nasional. Kamis(20/04) pukul 2 dinihari, kabupaten yang dikelilingi Gunung itu diterjang banjir bandang disertai lumpur dan tanah longsor. Tak kurang 15 orang meninggal karenanya. Dan semua infrastruktur banyak yang hancur.


Kabar bencana semula datang dari Mas Arfan, ditengah-tengah saya bekerja. Karanya dia mendapatkan informasi dari radio Suara Surabaya. Kabar lain yang lebih bersifat menanyakan datang dari mas Imron, seorang rekan yang kerja di Lahore Pakistan.


Dengan bantuan pak Unung, saya akhirnya menelpon ibu saya yang berdomisili di Trenggalek pula, namun di sebuah desa di kecamatan Durenan. Alhamdulillah di sana tidak ada apa-apa. Saya memang sudah menduganya, karena pada banjir yang terjadi saat saya SMA, desa saya tidak tersentuh. Bahkan katanya sejak jaman simbah dulu, tidak pernah terjadi banjir di desa saya.


Saat saya masih kelas dua SD, dan bermukim di desa Watulimo Trenggalek, saya pernah merasakan banjir juga. Suatu malam, seorang tetangga mengketuk-ketuk pintu, dan begitu saya terbangun ternyata dibawah tempat tidur rumah saya yang hanya terbuat dari dinding bambu itu sudah mengalir air dari belakang rumah melewati ruang tamu.


Esuknya, sekitar lima kilometer dari tempat saya tinggal, ternyata terjadi longsor hebat, lima orang meninggal dan salah satunya adalah siswa didepan sekolah saya.


Sebagai warga asli Trenggalek, saya turut berduka cita atas musibah ini. Musibah ini juga mengingatkan saya, bahwa saya adalah orang yang dilahirkan dan dibesarkan disana.


Dalam hati kecil sebenarnya saya ingin berkontribusi dalam pembangunan di sana. Tapi menjadi kontributor tidaklah gampang. Darimana jalannya, bagaimana caranya belum mendapatkan jawaban yang tepat.


Ada sedikit pemikiran bahwa saya akan menjaring beberapa orang warga Trenggalek di berbagai tempat yang terkoneksi dengan internet untuk urun rembug, atau jika sudah ada mungkin saya akan mulai aktif didalamnya.

2 komentar:

  1. turut berduka cak, alhamdulillah desa sampeyan gpp...
    tapi memang heran, kerusakan alam terjadi dimana2 dan parah...
    saya lagi di kampung (Pekalongan) juga nih, jalanan banyak yg rusak...hhmmm...*mengelus dada

    BalasHapus
  2. Turut berduka cita Pakde Edi,

    Semoga para korban segera ditemukan, tidak bertambah, dan kejadian ini tidak terulang lagi.

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)