Jumat, 30 Desember 2005

Syair Lagu, Kau Ajak Kemana Aku.

Saya fikir, hampir semua orang menyukai lagu. Lagu adalah bagian dari seni dan seni adalah bagian dari kehidupan. Sebagaimana orang menyukai pemandangan alam, pantai, menyukai model baju, penataan rumah dan sebagainya. Karenanya, banyak orang terobsesi menjadi artis. Kita melihat, betapa di setiap audisi untuk mencari penyanyi berbakat, pesertanya selalu tumplek bleg. Ini membuktikan bahwa lagu diakui atau paling tidak sudah menjadi bagian penting dari kehidupan. Memang lagu bukanlah sesuatu bagian terpenting - kecuali bagi artis yg cari makannya dari sono - , tetapi lagu seperti krupuk dalam makanan, yang kalau tidak ada, kelihatannya kok tidak marem.


Rata-rata, bagian yang paling dinikmati dari lagu adalah langgamnya, cengkak-cengkoknya, dan kemerduan suaranya, serta musik dan arransemennya. Sedangkan isinya rata-rata dinomorduakan. Artinya kalaulah isinya diganti, saya rasa orang masih menyukainya.


Dari lagu-lagu yang diputar, kalau saya amati isinya, banyak yang tidak bermanfaat, jorok, dan layak dimasukkan ke tong sampah. Saya tidak tahu, mengapa pencipta lagu menyukai hal yang seperti ini ? Selera pasarkah ?. Kita memang boleh bilang "ah, sekedar lagu". Namun yang perlu kita ingat, lirik adalah kata-kata yang banyak dinikmati orang, kapan saja, dan dimana saja, sejak anak-anak sampai orang dewasa. Dan kata-kata yang diulang-ulang, masuk ke otak dan menjadi bagian dari cara kita bersikap. Seperti mengapa kita diminta berdzikir, mengucapkan kata berulang-ulang, adalah agar apa yang kita ucapkan meresap dan menjadi bagian dari cara kita berfikir dan bersikap yang ber ketuhanan.


Beberapa contoh lagu itu yang sering terdengar seperti ini,


...wong tuwa ngrabi prawan
prawane yen bengi nangis wae
amarga wedi karo manuke
manuke, ... (gak sampai hati meneruskan)


Terus makna dari kata-kata diatas itu sebenarnya apa. Kalau misalnya ada tamu terus anak kecil kita tiba-tiba nyanyi kayak gitu, kira-kira malu nggak ya ?


Ingin kubunuh pacarmu
Saat dia cium bibir merahmu
Didepan kedua mataku
Hatiku terbakar jadinya cantik
Aku cemburu .....


Saya sangat risih mendengar kata "bunuh" dalam lagi itu. Sadis dan jauh dari unsur puitis. Apalagi kalau anda memperhatikan konteks lagunya.


setan dalam hati ikut bicara
bagaimana kalau ku selingkuh saja
ku punya banyak teman lelaki
sepertinya ku kan bahagia


atau ini


aku memang suka pada dirimu
namun aku ada yg punya
lebih baik kita berteman
kita berteman saja
teman tapi mesra


Lagu memang berbeda dengan karya lain seperti tulisan misalnya, karena ternyata lirik lagu lebih dimaklumi oleh banyak orang, apapun isinya.


Berbeda misalnya jika anda menulis dikoran atau ngomong diforum seperti ini :


Jika kita mencintai seseorang, sedangkan kita sudah ada yang memiliki, maka janganlah kita berputus asa. Kita bisa menjadikannya lebih dari seorang teman. Dan anda bisa bermesraan dengannya. Tentu saja jika pasangan anda tidak tahu.


Besuknya, anda pasti akan digebuki banyak orang. Karena anda telah menyebarkan pemahaman sesat.


Memang sekarang telah ada nasyid, lagu dengan tema-tema yang lebih mendidik, namun aransemen dan langgam nasyid yang masih sederhana belum bisa menarik perhatian banyak orang. Demikian pula masih sedikit orang yang seperti Ebit dan Bimbo yang menyadari pentingnya lirik dalam sebuah lagu.


Lagu "berformalin" perlahan tapi pasti akan membunuh karakter generasi kita. Dibutuhkan kearifan dari kita semua, terutama pencipta lirik. Hanya sebuah pertanyaan sederhana yang harus dijawab, haruskan kita menjadi kaya dengan merusak karakter anak bangsa ?

11 komentar:

  1. Untuk itulah barangkali Presiden Iran mengharamkan "lagu barat" (atau semua lagu) beredar di negerinya.

    BalasHapus
  2. Musik itu seni , dan kata orang seni indah. Seni tergantung pada senimannya dan ... pendengarnya.

    Jadi pada dasarnya seni itu bagus ,,

    "mungkin orkestranya sama, tapi jika dirigennya tidak berpengalaman , maka lagu indah akan menjadi deretan nada yang sumbang"

    lagu yang indah terdiri dari musik , lirik yang indah. Memang selama ini banyak sekali lagu Indonesia yg mulai "mendidik" negatif ( maaf rata2 lagunya dewa mulai menerapkan trik psikologis Holmes ) yang kadang jika pendengar gak selektif dan atau bisa memilah lagu dan atau langsung telan saja lagu bisa membuat banyak orang keplintir.

    oh iyah toh artis penyanyinya pun mencerminkan isi lagu. Kalau artis bener gak mungkin mau nyanyi yg gak bener.

    Dulu saya juga bercita - cita jadi penyayi :D , sampai akhirnya banyak teman2 saya menasehati agar saya rela dan ikhlas menerima guratan nasib.

    :(

    BalasHapus
  3. Hahaha.. ada yah lagu berformalin

    =))

    BalasHapus
  4. bak kata seorang penyair Malaysia

    "keindahan sebuah sajak bukan semata terletak pada keindahan bahasa tetapi juga pada keindahan fikiran yang terukir"

    alas, now u know what they are thinking if they write those kind of lyrics, right?

    hmmm..food for thought

    BalasHapus
  5. Iya ya...musik itu bisa menyihir....

    BalasHapus
  6. lagu model gitu mah namanya Teman Tapi Merusak ;))

    BalasHapus
  7. musik,merupakan ungapan hati yg klasik

    BalasHapus
  8. musik itu ibarat tekspattern, website itu lagunya, mau tanya tekspattern, akulah jagonya, anti spam, anti hackker tak terjamah virus. mau coba ? beli dulu komiiiiiiiik

    BalasHapus
  9. menurut saya terserah yang nuli ding

    BalasHapus
  10. tambahan lagi koq km mrh dg liik lagu tersebut.emangny km bisa berinspirasi untuk nyiptain lirik lagu tersebut!

    BalasHapus
  11. #9. Bukannya terserah saya mas, soalnya saya yang punya telinga.

    #10 Memang saya tidak bisa membuat lirik mas, tapi bisa membedakan mana lirik bagus dan lirik tong sampah. Seperti saya yang tidak bisa masak, tapi bisa membedakan, mana makanan enak, dan mana makanan yang pahit.

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)