Sabtu, 27 Oktober 2001

Membuat Perbuatan Kita Menjadi Nasehat

Kemarin, saat saya membaca JawaPost, disitu saya jumpai perbincangan dengan Pak Syafi'i Ma'arif, ketua Umum PP Muhammadiyah. Disela perbincangannya seputar persoalan Afghan itu, ada sisipan kecil berupa biografi beliau, dan didalamnya ada ungkapan beliau yang bagi saya sangat mengesankan. Ternyata beliau merasa banyak belajar dari istri beliau, meski diakuinya, secara keilmuan dalam hal Agama, pak Syafi'i tentu lebih hebat dari istrinya. Demikian pula dengan Pak Shulthon Amien, ketua PAN Jatim itu, merasa bahwa istrinya telah banyak memberikan inspirasi kepadanya.

Ada lagi, dahulu sekitar tahun 94-an ada seorang anak SMA - afwan atas permintaannya saya nggak menyebutkan namanya - yang tiap minggu menghadiri acara pengajian rutinnya di Trenggalek. Yang mengesankan adalah karena tak mempunyai uang maka seringkali ia harus menempuh jarak 20 km atau 40 km PP seorang diri untuk menggapainya, hanya dengan mengendarai sepeda pancal. Akhirnya dalam pengajian-pengajian di Trenggalek dan Tulungagung ternayata yang dilakukan orang ini telah menjadi sebuah legenda yang menggambarkan seorang yang bersemangat untuk mencari ilmu. Barangkali tidak terbetik dalam fikirannya bahwa yang dilakukan itu ternyata telah membuat banyak para aktifis termasuk para murabbi terkesan, karena memang tak ada sama sekali niatan untuk itu, namun apa yang dilakukannya ternyata menjadi sebuah nasehat dan pemicu kegairahan dakwah yang sangat luar biasa.

Demikianlah, seringkali diam-diam kita seringkali mendapatkan pelajaran berharga dari perbuatan dan tingkah laku seseorang, meski seseorang itu terkadang tidak menyadarinya. Saya sendiri pernah mengagumi seseorang yang padanya tidak sering mengemukakan konsep, bahkan cenderung pendiam, akan tetapi selalu saja ia bekerja dengan sebaik-baiknya.

Berbicara dengan perbuatan, begitulah kalau saya diperbolehkan menjiplak judul sebuah judul VCD nya ust Abdullah Gymnastiar, barangkali lebih mudah difahami, lebih enak dimengerti, daripada sejuta kata yang kita ucapkan.

Perbuatan baik yang mengesankan sebenarnya merupakan cerminan dari cahaya keimanan dan nuansa hati seseorang, bukan cerminan dari otak seseorang. Demikianlah mengapa tidak semua orang yang baik bacaan Qur'annya, dan tidak semua tamatan IAIN atau pesantren, memiliki akhlaq yang mengesankan. Seseorang hanya akan menjadi mengesankan jikalau ia berusaha 'menginherenkan', atau memadukan dirinya dengan nilai AlQur'an. Barangkali seseorang tidak pernah hafal ayat tentang khamr, akan tetapi karena ia pernah mendengar larangan khamr dari AlQur'an, lantas ia memahami dan menerapkannya, bisa jadi ia akan menjadi mengesankan.

Karenanya mengapa nabi diturunkan, adalah untuk memperbaiki akhlaq manusia. Bahkan dalam sebuah ayat dikatakan, laqod kaana lakum fii rasululillaahi uswatun hasanah, sungguh dalam diri Rasulullah itu terdapat suri tauladan yang baik. Dak ketika Aisyah ra ditanya bagaimana akhlaq rasulullah maka Aisyah menjawab, 'aqlak Rasulullah adalah Al Qur'an'.

Demikianlah Islam diturunkan bukannya hanya untuk dihafal, atau untuk bahan kajian, tapi yang lebih penting adalah bahwa Islam diturunkan untuk memperbaiki aqlak manusia. Agar kita menginherenkan diri kita dengan nilai al Qur'an.

Dalam menyampaikan Islam, Nabi bahkan telah banyak mengunakan Aqlaknya. Lihat saja betapa banyak hadits yang menceritakan tentang perilaku Rasul. Rasul bahkan sering tidak menggunakan kata-katanya dalam memberikan pelajaran kepada para sahabat. Para sahabat tinggal mengamati saja terhadap apa yang dilakukan Rasul. Dan dari sini maka kita saat ini mendapatkan catatan-catatan penting tentang akhlaq mulia Rasul.

Begitulah, menjadikan perbuatan kita menjadi sebuah nasehat barangkali menjadi hal penting yang mesti kita usahakan, dan sebuah kebahagiaan yang luar biasa jika dari nasehat halus ini, orang menjadi lebih dekat kepada Allah. Semoga saja.

Edy Santoso
[email protected]
http://masjidits.cjb.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)