Minggu, 09 September 2001

Mulailah, Maka Akan Selesai

Pagi ini, kok mau bangun aja malesnya minta ampun, padahal mustinya kita kan shalat subuh. Angetnya selimut, dan empuknya tempat tidur, rasanya ingin membuatnya berlama-lama. Tapi saya memaksa “melompat dari tempat tidur” dan berwudlu kemudian sholat, dan kalau ada ide lalu mengetikkan sesuatu di komputer, untuk rekan terbaikku di milis-milis Islam, sambil mendengarkan rangkaian kata-kata lembut dari software “The Holy Qur’an”

Ketika saya harus menyelesaikan tugas kuliah, terbayang betapa sulitnya tugas itu, maka saya sering kali mengulur-ulur waktu untuk mulai mengerjakannya. Setelah waktunya agak mepet saya “mengambil pena” dan mulai mengerjakannya, dan ternyata selesai juga.

Demikianlah, antum akan mengaji setelah antum berusaha keras “membuka AlQuran”, antum akan belajar setelah antum berusaha “membuka buku”, dan antum akan mendapatkan sebuah tulisan ketika antum memulai “mengetikkan judul” pada tuut komputer.

Mengapa saya memberikan tanda apostrop [“] pada kata melompat dari empat tidur, mengambil pena, membuka buku, dan mengetikkan judul, padahal itu bukanlah kata-kata yang mempunyai arti lain. Sebenarnya, saya hanya ingin memberikan sebuah penekanan , bahwa kata-kata tersebut adalah awal dari pekerjaan kita. Sebenarnya berjuang keras untuk menggapai “awal pekerjaan” merupakan separuh dari terselesaikannya semua pekerjaan. Demikianlah kata-kata yang sering saya dengar.

Biasanya kalau saya sudah mengetikkan kata-kata pada tut komputer, dijamin saya bakal menghasilkan satu tulisan. Dan karena tulisan esai, kalau ditinggal atau ditunda, maka ide yang ada di kepala saya tentu sudah akan hilang. Jadinya kalau semacam ini bisa saya katakan, “mengawali sesuatu merupakan terselesaikannya semua pekerjaan”

Nah, makanya inilah pentingnya membuat perencanaan dan segera memulainya, agar pekerjaan cepat selesai, karena sebenarnya yang terberat dari suatu pekerjaan itu adalah memulainya.

Dalam sebuah buku tentang menulis, dicontohkan bahwa memulai menulis itu seperti ketika seseorang memulai mandi. Mulanya termangu-mangu, ragu-ragu, dan membayangkan betapa dinginnya siraman air di pagi hari, apalagi barangkali di daerah seperti Bandung - dahulu saja pas masih sering bermain ke Gamais ITB, saya aja jarang mandi pagi :] - tapi apa yang antum rasakan setelah air pertama menyentuh kulit kita, “ Ah ternyata nggak sedingin yang dibayangkan, dan bahkan rasanya segaaaar”.

Oh ya, saya baru ingat bahwa saya pernah mengkaji sebuah hadits yang indah beberapa tahun yang lalu. Bukalah Riyadhush Shalihin, penerbit Al Maarif, Jilid 2, halaman 219. Disana ada sebuah hadits :

Abu Hurairah RA berkata : “Rasulullah SAW bersabda : Setan mengikat diatas kepala salah satu kamu jika ia tidur, tiga bundelan, pada tiap bundelan ia berkata : masih jauh malam maka tidurlah. Maka apabila bangun dan berdzikir, terlepas satu bundelan; dan jika berwudlu terlepas bundelan yang kedua, kemudian jika ia shalat maka terlepas semua bundelan itu, sehingga ia berpagi-pagi tangkas riang gembira dan lapang dada, jika tidak, maka ia sempit dada dan malas.

Cobalah sekarang bandingkan makna kata “melepas bundelan” dengan “memulai sesuatu”. Saya yakin bahwa kedua untaian kata itu mempunyai arti yang sama.

Nah, sekarang segera mulailah, berangkat ke kampus, berangkat kerja, menulis, bersilaturahmi, membaca, mengerjakan tugas, dan memulai hal yang baik-baik. Janganlah kita menunda-nundanya. Atau barangkali tempelkan kata kata besar dalam kamar kita, agar kita selalu ingat bahwa ada pekerjaan yang harus segera kita mulai, yaitu kata Bismillah, Start, atau Mulai.

Kayaknya tidak ada yang sulit untuk memulai sesuatu saat ini juga, kecuali -khusus bagi saya -, menikah :].

Surabaya, Ahad sehabis subuh 9 September 2001
Edy Santoso, [email protected]
http://masjidits.cjb.net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)