Beragama ini ada batasan-batasannya. Maka dia harus dikerjakan secara wasith, pertengahan dan tidak berlebihan.
Pertengahan dalam Aqidah. Tempatkan keyakinan dalam tempatnya. Dan karena keyakinan adalah hal prinsip, maka berpeganglah dalam informasi yang sahih.
Jangan terlalu berfikir tentang Tuhan, karena kamu gak akan nyampai. Fikirkan kebasaran Tuhan lewat ciptaannya. Kalau kamu pintar, nyamuk saja bisa membuatmu kagum pada penciptanya.
Kedua, pertengahan dalam syariat. Syariat itu mudah. Dalam syariat ada hukum wajib, sunnat, makruh, haram. Jangan berlebihan memahaminya, jangan meninggalkan hal wajib, jangan kerjakan hal yang haram, kerjakan hal sunnah semampumu. Itu saja.
Ketiga, pertengahan dalam tasawuf/ihsan. Kerjakan tasawuf dalam bingkai akhlak, baik perilaku kepada Allah dan makhluk. Baik persepsi terhadap Allah dan makhluk.
Tidak usah "wali-walian", yang penting kita berusaha taat dan cinta dalam dimensi kemanusiaan kita.
Tidak usah mengaku-ngaku bisa ketemu malaikat, ketemu almarhum para nabi secara langsung.
Karena, dasar tasawuf adalah cinta dan perasaan. Tetap gunakan akalmu agar tidak terjerumus ke dalam halusinasi.
Bahwa semua itu, mudahnya kerjakan agama sebagaimana Nabi dan sahabat mengerjakannya. Para sahabat orang terbaik tidak pernah raga sukma, ketemu Nabi Khidir, pergi ke alam malakut dll. Jangan haluuuuu.... Baca sirah nabawiyah. Semuanya manusiawi, karena memang agama ini diciptakan untuk manusia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)