Ketika kita mempelajari sejarah-sejarah masa lalu, maka kita disuguhi dengan hal-hal yang ideal. Orang-orang yang tidak pernah salah. Ketika hal seperti ini kita implementasikan dalam kehidupan, sebenarnya beresiko. Resikonya apa? Orang tidak memberi teloransi akan kesalahan.
Orang akan berfikir pasangannya ideal, anaknya ideal, kiainya ideal dsb. Dan ketika dia menemukan ketidakidealan, maka dia akan kecewa.
Dalam organisasi, kekecewaan akan berujung kepada perpecahan, dalam keluarga perceraian. Ini bahaya.
Maka sebenarnya, kita perlu belajar setidaknya 5% saja ketidak idealan para tokoh-tokoh itu, sehingga kita bisa benar-benar menteladaninya secara manusiawi.
Dalam kaidah agama, hanya Nabi saja yang kita kultuskan, yang lainnya sisakan 5% saja sisi manusiawinya.
Beberapa waktu setelah sebuah organisasi yang saya anggap ideal pecah, maka saya agak nakal mengulik beberapa sisi manusiawi orang-orang terdahulu. Dan saya mendapatkan beberapa sisi-sisi manusiawi, sehingga saya tidak terlalu kecewa dengan perpecahan itu. Itu hal biasa dan manusiawi. Bisa dicari padanannya pada jaman-jaman ideal dulu.
Bahkan kalau menganggap semua hal itu ideal, malah kita menyalahi kodrat Allah SWT. Semuanya tetap pada rumus, orang baik itu bukan orang yang tidak berbuat kesalahan, akan tetapi orang yang kesalahannya lebih sedikit dibanding kebaikannya. Dan orang yang ketika berbuat salah dia bertaubat.
Dengan demikian maka kita akan lebih toleran kepada orang lain, lebih bisa memaafkan, dan lebih memahami tentang kehidupan dunia yang sebenarnya.
Wallahu a'lam.
Sabtu, 21 September 2019
Sisi Manusiawi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)