Saya ini bukan keturunan santri, namun sejak kecil saya dibesarkan dalam lingkungan Masjid. SD sampai SMP saya belajar di langgar kampung. Dan sejak SMA sampai kuliah, saya aktif juga sebagai pengurus utama Masjid. Bahkan sekarang ada 3 Masjid yang saya urusi.
Memang tidak mudah mengurus masjid, setidaknya apabila masjid itu milik banyak orang. Kita berfikir, pengin mengurus masjid seperti di Jogokarian dan Namira, namun sering paradigma para pengurus tidak saling selaras.
Level Masjid pertama adalah, masjid sebagai tempat ibadah. Tempat sholat dan dzikir. Inilah kebanyakan masjid-masjid yang saya jumpai. Para jamaah belajar ibadah dari kebiasaan orang-orang yang ada disitu, atau paling banter dari pengajian umum yang diselenggarakan Masjid.
Level Masjid kedua adalah masjid sebagai tempat ibadah sekaligus sebagai pusat pendidikan. Ada ustadz yang mengajari anak-anak belajar Al Quran, dan pengajian-pengajian untuk jamaah dewasa.
Level Masjid ketiga adalah masjid yang digunakan sebagai pusat ibadah, pendidikan, dan sosial. Masjid menjadi problem solver terhadap problematika masyarakat. Mengelola zakat secara professional, dan membantu kehidupan masyarakat secara riil.
Ada satu lagi yang tidak masuk ke dalam ketiganya: Masjid kreatif. Tapi besuk saja saya ceritakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)