IBNU QASIM mengisahkan,”Aku telah berkhidmat kepada Imam Malik selama 20 tahun. Di waktu itu dua tahun belajar ilmu sedangkan sisanya belajar adab. Alangkah baiknya jika aku menjadikan rentang waktu itu untuk adab semua.”
Sedangkan Imam Asy Syafi’i menyatakan,”Imam Malik berkata kepadaku,’Wahai Muhammad jadikan ilmumu garam sedangkan adabmu sebagai tepung.” (Lawaqih Al Anwar Al Qudsiyyah, hal. 642)
Dua paragraf diatas saya cuplik dari sebuah tulisan di Hidayatullah.com yang menggambarkan kuasailah adab, sebelum ilmu. Lama saya tidak bisa memahami makna ini. Adab yang dimaksud itu apa? Mengapa harus selama itu belajar adab?
Lalu setelah saya renungkan ketemulah bahwa adab yang dimaksud disitu adalah belajar dengan membersamai Imam Malik, menjadi pelayannya Imam Malik. Bukan belum-belum belajar metode, rumus-rumus fiqih, namun membersamai Imam Malik itulah adab.
Orang yang yang terjun langsung dalam dakwah, membersamai para ustadz, maka dia akan mendapatkan buah adab itu. Tidak sama dengan orang yang hanya mendapatkan informasi dari belajar.
Analoginya begini, ada seseorang yang ingin belajar bisa membuat gedung. Yang satu ikut tukang selama dua tahun, yang satu belajar di STM selama dua tahun. Mana yang benar-benar terampil?
Nah apakah dari itu semua artinya ilmu tidak penting? Bukan demikian, maka yang dimaksud disitu bahwa belajarlah adab sebelum ilmu. Belajarlah dalam bimbingan ahlinya sebelum belajar metodologi dan lain-lain.
Kita bisa belajar Islam sampai level Doktoral di McGill University Canada, Chicago University. Disitu akan diajarkan ilmu, namun tidak didapat adab. Anda akan mendapatkan gelar Cendekiawan, namun belum Ulama.
Dalam beberapa kesempatan, ada beberapa yang merasa tinggi hati karena pintar dengan ilmu bahasa arab, nahwu sharaf, balaghah. Ada yang merasa luar biasa karena kefashihan lidah dan banyaknya hafalan. Nanti dulu, adabnya sudah atau belum.
Maka sering kita tahu, mengapa ada orang menguasai hanya kitab "Safinatun Najah", namun setiap hari dia sholat Jamaah di Masjid. Dan ada orang yang menguasai kitab Fatkhul Mu'in yang tebal, tapi jarang sholat Jamaah di Masjid. Contoh pertama menggambarkan ilmunya hanya dasar, tapi dia dibesarkan dengan adab. Yang kedua, banyak ilmu kurang adab.
Karena seperti yang dikatakan Imam Malik kepada Imam Syafi'i, "Ilmumu garam sedangkan adabmu sebagai tepung".
Wallahu a'lam
Minggu, 10 Maret 2019
Adab Sebagai Pondasi Ilmu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)