Selasa, 18 Maret 2014

Politik Kebajikan

Sebenarnya saya sangat jarang menulis sesuatu yang berbau politik, bahkan status. Mengapa? Banyak orang apriori dan sinis dengan politik, bahkan seandainya apa yang dikatakan orang itu benar, bumbu politik membuatnya salah.

Kalau ngomong soal kesalahan, bukan hanya parpol, di tentara, di PNS, di kejaksaan, di ormas, bahkan di masyarakat juga ada namun komentarnya tak sesinis parpol. Apapun keputusannya, tetap menjadi bulan-bulanan.

Saya orang yang bergerak di grass root, dulu pernah menjadi ketua ranting PKS, sekarang staf ranting. Di titik itu saya bekerja bersama mereka berbuat sesuatu. Kami mendapat dukungan penuh dari para dokter, paramedis, PNS yang diam-diam mendukung kami.

Kami mengadakan bakti sosial, dan dari situ banyak masyarakat bawah baru tahu bahwa mereka terkena diabet bertahun-tahun, setelah kami melakukan cek gula darah. Kami juga mengawal orang miskin, yang tak tahu bagaimana membuat proposal dan  menyiapkan dokumen-dokumen mereka untuk mendapatkan proyek bedah rumah. Bagaimana seseorang jadi tahu bahwa dia terkena katarak setelah dokter di bakti sosial kami memeriksanya.

Itu semua sebenarnya bukan pekerjaan parpol, namun pekerjaan eksekutif dengan dukungan dana, infrastruktur dan ribuan PNS yang dibayar. Pekerjaan parpol hanyalah membentuk wakil rakyat untuk advokasi masyarakat terhadap program-program eksekutif dan mengawasinya.

Kami melakukan ini karena kami ingin mengisi celah yang belum terisi. Bagaimana puskesmas banyak tapi hanya menunggu pasien, bagaimana proyek untuk kalangan bawah ada anggarannya namun menunggu rakyat miskin buat proposal. Orang miskin gak paham soal beginian.

Karena itu kawan, pahamilah, bahwa petarung itu pasti sesekali terkena tombak musuh. Jika kamu ingin menjadi orang yang selalu mendapat pujian, jangan disini, kamu hanya cukup bersenang-senang dengan anak istri, dan sesekali kamu berucap, ribuan orang akan mengagumimu dan menyembahmu. Kamu adalah Tuhan yang bisa menentukan ikhlash tidaknya seseorang. Kamu adalah hakim yang berhak memvonis orang.

Namun jika kamu ada di barisan ini, marilah apa yang mereka ucapkan, kita jadikan bahan instrospeksi, jika itu benar. Namun jika itu hanya ungkapan kedengkian, biarlah dia menjadi debu semesta. Dan tetaplah menebar kebajikan, karena nanti, bukan mereka yang menilai tapi Tuhan. Dan ketahuilah bahwa mereka bukan Tuhan.

2 komentar:

  1. iki koyone jozz yen di mention ke piyungan oom, men di TOA...heheh

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)