Cak Edy memang belum punya anak yang terlibat dalam kegiatan PSB. Namun mendengar perbincangan tentang PSB Online di Surabaya yang katanya paperless (tanpa kertas) itu tak sepenuhnya bebas dari persoalan.
Setelah kapan waktu Jawa Pos mengangkat tentang beberapa orang yang salah memasukkan pilihannya, ternyata tetangga Cak Edy juga mengalami nasib serupa.
Orang tuanya adalah orang biasa yang tak mengerti IT, akhirnya mereka ke warnet dan meminta bantuan penjaga warnet. Entah apa yang terjadi apakah kesalahan anaknya, orang tua, atau penjaga warnet, alhasil pilihannya tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Maunya SMK milihnya SMA favorit. Pupus sudah harapannya.
Sebuah pasal dalam PSB Online itu memang mengatakan bahwa Panitia tidak mentolelir kesalahan entry dengan alasan apapun. Disinilah menurut Cak Edy tidak tepat, dimana nasib anak dipertaruhkan karena ketidaktahuan atau ketidaksengajaan. Menurut Cak Edy, IT hanyalah alat bantu, bukan inti prosesnya, sehingga Desainer Proses harus memperhitungkan segala kemungkinannya, termasuk jika seseorang memang benar-benar salah entry. Jadi membangun sistem, pendekatannya jangan hanya pada persoalan paperless atau tidak.
Kapan waktu Cak Edy ketemu adik Cak Edy dan menanyakan bagaimana proses PSB Online di Malang. Memang aturannya tidak sama persis dengan yang di Surabaya, namun menurut Cak Edy, prosesnya lebih mengakomodasi kesalahan entry :
- Menunjuk semua sekolah untuk menjadi tempat pendaftaran.
- Peserta mengisi formulir mengenai sekolah yang dipilih.
- Panitia memasukkan data pada sistem online.
- Peserta memiliki bukti formulir.
Dengan demikian, ketika terjadi sesuatu dengan sistem IT, baik karena kesalahan entri, maka formulir bisa digunakan sebagai bukti untuk memperbaiki data. IT itu bukan makhluk sempurna Cak. Disana juga ada istilah error dan bug, belum lagi variabel pada perangkat dan jaringannya. Menggunakan IT untuk mempercepat dan mempermudah pekerjaan iya, tapi mempertaruhkan nasib calon siswa pada IT, ya jangan Cak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)