Kemarin malam saya menyaksikan acara today's Dialog di Metro TV yang membicarakan mengenai Fatwa MUI. Ada empat pembicara yang dihadirkan. Yang ketiga saya nggak hafal namanya, tapi yang jelas dari "Intelektual Muda" Muhammadiyah, dari Sekjen atau Sekretaris ? GP Anshor, dan dari jubir JIL yang kadang-kadang merangkap FKABB atau menjelma dari Wahid Institut (tergantung topik diskusi). Dan dari MUI KH Makruf Amin(Ulama yang saya kagumi karena konsistensinya). Melihat dari konfigurasi peserta diskusi, tentu kita sudah bisa menebak, ibarat tinju satu lawan tiga. Kiai Makruf "dikeroyok" habis-habisan dari ketiga panelis. Namun hebatnya, Meski disudutkan beliau tidak emosi sama sekali.
Dengan konfigurasi semacam itu, jadilah diskusi yang nggak berimbang, bukan dialog, tapi seperti menguji sidang TA. Mestinya kalau empat pembicara, mungkin harusnya dua-dua bukan tiga-satu. Apalagi type dialog di TV-TV sekarang lebih bernuansa debat dan memojokkan daripada mencari solusi. Sasana diskusi cenderung panas. Moderator sering mengadu pembicara dibanding memoderasi.
Sungguh berbeda dengan wawancara Dr. Azumardi Azra di TVRI dalam memanggapi fatwa MUI. Sungguh saya sangat terkesan, beliau menjawab dengan jawaban tengah dan tidak memojokkan.
Sekarang ini saya melihat, budaya menghormati orang sudah punah. Pemirsa disuguhi dialog-dialog dengan suasana emosional daripada mencari titik temu. Institusi keagamaan yang mestinya di hormati, menjadi bahan tertawaan. Saya sungguh sedih.
Rabu, 04 Februari 2009
Today's Dialog Yang Nggak Seimbang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
wajarlah la wong yang menyelenggarkan saja kubu mereka,
BalasHapustentunya mereka ingin misi mereka tercapai.
Ya biasa, mereka kan ingin perang opini di publik so mereka berusaha menyerang "lawan2" mereka dgn cara demikian ....
BalasHapusSudah jelas dari dulu Metro TV thu kontra pada MUI, lihat saja moderatornya kemaren, seolah2 dia ingin memojokkan MUI juga padahal kita bersama bisa lihat bahwa Kyai Ma'ruf menghadapinya dengan santai tanpa ada kesan ingin memojokkan juga bahkan beliau bisa menjawab dengan begitu jelas dan tepat tentang permasalahan sertifikasi halal,, saya tak habis fikir sama ketiga orang yang kmaren yang lebih menginginkan sertifikasi haram, sayang tayangannya dipotong kalau tidak saya yakin Kyai Ma'ruf bisa membuat ketiga orang tadi lebih terpojok... JIL dan yang lainnya hanya pintar mengalihkan pembicaraan pokok ketika mereka terpojokkan.. Hidup MUI, berantas saja JIL dan organisasi2 yang mengaku islam padahal landasan mereka sangat jauh dari tutunan Islam!!!
BalasHapusSaat ini kan di Indonesia banyak antek-antek asing yang menjual harga dirinya dengan segepok uang, hingga mereka tidak tahu lagi mana yang benar dan mana yang salah, bagi kita kaum muslim jangan lengah dan Jangan takut terhadap mereka, Allah selalu bersama orang-orang yang berjuang untuk menegakkan Agama Islam di muka bumi, mareka kita berjihad bersama untuk melawan mereka dalam aspek apapun, Allahu Akbar.
BalasHapusWah, nak Edi hebat sudah bisa mengamati perkembangan politik saat ini. tetap semangat nak Edi !
BalasHapus#5 Kalau ini benar komentarnya Bapak Suripto, tentu saya sangat tersanjung. Namun apakah ini benar-benar dari Pak Ripto atau dari Guteh Sukirman, itu yang saya tidak bisa memastikan.
BalasHapusTapi apapun, Maju Terus Pak Ripto ! Saya penggemar bapak !
Pas kebetulan mampir, ternyata ngeliat tulisan ini...
BalasHapusAmat disayangkan... abis mau gimana lagi, kalo produser acaranya perokok, pasti narasumber yang dipilih akan lebih cenderung membenarkan perokok. Kalo produser acaranya skeptis dengan politik, ya pasti dicari yang bisa menggugurkan argumen tentang haramnya golput. Tapi mungkin skenario besarnya memang dari orang2 liberal... ini sepertinya memang cara mereka untuk menggugat eksistensi MUI sebagai manifestasi pengambilan kebijakan syar'i lintas golongan di indonesia. Embel2 'intelektual muda' saat ini kayaknya memang sering dikorelasikan dengan kalangan liberal di ormas2 tersebut...