Rabu, 11 Februari 2009

Kesederhanaan

Tidak ada yang lebih saya kagumi, selain melihat orang yang hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan itu, menurutku mengandung nilai kesabaran, kesyukuran, toleransi, dan kebijaksanaan. Seandainya orang itu miskin, dan dengan ikhlash hidup seberhana, maka sesungguhnya dia adalah orang yang hidup dalam kesabaran menerima pemberian Allah. Sedangkan jika ia kaya, maka sesungguhnya dia telah sabar dalam menahan diri  dari melakukan hal yang berlebihan.  Dia telah mencegah orang lain untuk iri kepadanya. Inilah puncak kesabaran, karena dia berusaha menahan diri meskipun sesungguhnya apa yang dipunyainya halal adanya. Meski sesungguhnya adalah hak untuk membelanjakan uangnya dengan membeli mobil semewah mewahnya dan membangun istana semegah-megahnya.

Sewaktu kuliah, saya sangat terkesan dengan guru saya, Dr. Abdullah Shahab, saban hari selalu saya jumpai dia kekampus dengan mengendarai sepeda. Saya kira di seluruh ITS, hanya beliau yang melakukannya. Beliau Doktor dan bukan orang miskin, tapi beliau hidup sederhana. Saya memang tidak bisa meniru beliau sampai seekstrim itu, namun saya mengaguminya, sampai sekarang. Tidak ada yang lebih bisa dikatakan, selain bahwa kesederhanaan itu mengagumkan.

Jika anda belajar sejarah, maka kita bisa menyimak, bahwa dulu kala, para pemimpin kita  hidup dengan sederhana, meskipun kalau dia mau, dia bisa membangun istana semegah-megahnya.  Kesederhanaan Nabi Muhammad, kesederhanaan Khalifah Umar Bin Abdul Aziz, adalah contoh bagaimana seorang pemimpin hidup dengan kesederhanaan.  

Sehingga sesungguhnya  jika kita akan menjadi pemimpin, yang harus kita tanyakan ke dalam diri kita adalah : menjadi pemimpin itu berat, anda dituntut untuk hidup sederhana, mampukah anda ? Jika jawabnya tidak, maka hendaknya kita jangan meneruskan keinginan kita untuk menjadi pemimpin. Kekayaan itu adalah ujian, yang jika tidak berhati-hati, maka kita bisa lupa diri.

Apakah seorang pemimpin harus hidup dalam kekurangan ? Bukan. Kesederhanaan itu tak ada kaitannya dengan kekayaan dan juga kekurangan. Kekayaan itu lawan kata kemiskinan, sedangkan kesederhanaan itu lawan kemewahan. Orang boleh kaya, tapi dia harus hidup sederhana. Rakyat masih susah, adalah tega jika pemimpin hidup dalam kemewahan. Saya tidak mengajak pemimpin hidup dalam kemiskinan dan menjadi beban oarang yang dipimpinnya, bukan itu. Yang saya fahami, kesederhanaan dan kemiskinan itu adalah hal berbeda. Orang yang sederhana itu bisa orang kaya, dan itulah yang dinamakan Zuhud.

Tadi, saya membaca blog mas QUITO RIANTORI, tentang kesederhanaan Mahmud Ahmadinejat . Kagum saya. Ini adalah jaman materialis, dia mempunyai kekuasaan, dia bisa secara sah dan halal memperoleh kekayaan. Namun dia hidup sederhana seperti pemimpin pada jaman nabi. 

Adalah, tidak ada yang lebih layak dikagumi, tak ada yang lebih menuai simpati, selain kesederhanaan. Camkan itu !

3 komentar:

  1. "Kesederhanaan itu tak ada kaitannya dengan kekayaan dan juga kekurangan"

    setuju ed...

    BalasHapus
  2. aku juga salut dgn kesederhanaannya. Berikut ini tambahan link foto saat pernikahan putra presiden iran tsb http://sholawat.blogdetik.com/2008/12/03/presiden-iran-2/

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)