Selasa, 22 April 2008

Antara Pekerjaan, Ngeblog, dan Isu

Lama nian saya tidak menyentuh blog ini. Semenjak web saya hilang dari server membuat mood saya turun. Untuk mengembalikan blog ini seperti semula ternyata tidak sedikit waktu yang harus dikorbankan. Mulai dari mengais berbagai posting di temboloknya google, sampai ngurus pindah domain / hosting, sampai membangun kembali template terakhir saya yang merupakan hasil modifikasi dari Grid Focus nya Pakde Derek Punsalan.

Pagi ini saya mencoba merekontruksi kembali template Grid Focus, dan mencoba untuk menulis kembali. Selama "blank posting" ini sesungguhnya banyak sekali isu yang bisa saya opinikan. Mulai dari pilkada dengan berbagai ketegangan yang mengikutinya, UU ITE, Pornografi, Pornoaksi Dewi Persik dan ummatnya, Fitna, juga mengenai Ahmadiyah.

Saat kebebasan informasi dibuka, dimana semua orang berhak berkomentar, rasanya sayang jika kita menjadi pendengar saja. Menjadi pendengar saja menjadikan saya seperti dipukuli orang tanpa melakukan perlawanan.

Dalam kasus pornoaksi, justru sang Dewi mendapat pembelaan yang luar biasa dengan dalih seni dan kebebasan berekspresi. Dalam UU ITE ternyata anti penutupan situs pornografi bersuara lebih nyaring. Pada saat isu Ahmadiyah mengemuka, banyak orang termasuk para pakar mengeluarkan pendapat yang justru tidak semakin menjelaskan posisi Ahmadiyah - Islam. Para tokoh justru mengaburkan perbedaan esensial antara Ahmadiyah - Islam. Juga beberapa statement yang dikeluarkan beberapa orang ketika memperingati 100 tahun HAMKA justru memutar balikkan isu dan menarik HAMKA ke dalam kubu pluralisme.

Sedih ketika komentar tokoh Muslim yang diharapkan panutannya justru tak pernah memberikan pemahaman yang benar tentang bagaimana seharusnya bersikap.

Dalam beberapa kali pengajian terpaksa saya buka kembali topik Ghozwul Fikri, kita renungi beberapa ayat yang menyertai materi itu, serta kita diskusikan fenomena saat ini. Kelihatannya memang harus ada dalam sejarah orang-orang mempunyai pemikiran konservatif, karena agama ini mungkin hanya tinggal nama jika kita mengikuti kebanyakan pendapat orang.

3 komentar:

  1. Yap, seharusnya umat muslim emang perlu 'keras' dalam beberapa hal.. kompromi jangan kebablasan dengan dalih menghormati HAM dll. Salah katakan salah, benar katakan benar, titik. Gak perlu pake bahasa normatif gak jelas. Kasian dong sama orang kampung kayak saya jadi sering bingung.. :smile:

    BalasHapus
  2. Kita harus muali dari diri kita sendiri, keluarga, orang2 disekitar kita untuk menangkal "kejahatan opini" yang memang sedang di gemabr2kan oleh mereka yg hanya memuja nafsu tanpa memperdulikan nilai2 agung yang telah Alloh turunkan. So kita juga harus memenangkan opini ini dan bersuara lantang untuk melawannya.
    Hari gini yg menang opini seolah2 itu yg benar. So terung berjuang ...

    BalasHapus
  3. Turut berduka cita atas musibah servernya... semoga nggak kejadian lagi.

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)