Kemarin (29/9) saya dan istri menghadiri undangan buka puasa bersama Hidayat Nur Wahid dari Lembaga Manajemen Infaq (LMI). hari itu LMI memang mengumpulkan panitia zakat, donatur, dan beberapa penerima zakat. Di LMI saya memang termasuk panitia Zakat. Saya juga lebih dari dua tahun menjadi donatur bulanan LMI, meskipun jumlahnya tidak seberapa. Memang, kalau dihitung pada nishob Zakat, gaji saya tidak sampai senishob. Namun alangkah baiknya, sekiranya kita menyisihkan minimal 2,5% gaji kita untuk kegiatan pemberdayaan melalui lembaga-lembaga yng kita percaya. Toh, 2,5% itu tidaklah terlalu besar. Hanya dua puluh lima ribu jika gaji kita satu juta, atau limapuluh ribu jika gaji kita dua juta.
Kita tidak usah menyalahkan orang kaya yang enggan menunaikan zakat, sekiranya kita sendiri masih terlalu sayang untuk berbagi. Bangsa ini tidak akan berubah kecuali kita memulainya dari diri kita sendiri. Sesedikit apapun itu.
Kata pak Hidayat, sekiranya umat muslim ini melaksanakan tugasnya menunaikan zakat, maka tak kurang dari 17 triliun dana akan bisa dihimpun. Namun nyatanya, sampai saat ini baru terhimpun dana sekitar 715 milyar. Jika dana zakat mampu terkumpul setengahnya saja, tentu akan lebih mudah untuk melakukan pemberdayaan masyarakat, dan pembiayaan-pembiayaan proyek dakwah.Mengapa orang banyak memperbincangkan tentang perbedaan hari raya, namun tidak untuk Zakat ? tanya pak Dayat.
Meresmikan Sehati
Kedatangan Pak Dayat di LMI sebenarnya untuk meresmikan Rumah Sehati, rumah sehat ibu dan buah hati. Sebuah klinik bersalin LMI yang didirikan di Bratang Gede bagi keluarga tidak mampu. Disana biaya bersalin sangat murah, bahkan bisa gratis.
Selama ini sudah ada program Sehati di LMI, namun masih pada sisi bantuan pembiayaan dan pemberian makanan bayi tambahan paska melahirkan. Belum berupa rumah bersalin.
Ngomong-ngomong tentang rumah bersalin, saya teringat saat istri saya melahirkan secara caesar hampir tiga tahun yang lalu. Sayapun kesana kemari cari hutangan untuk menutupi biaya sebesar 7,5 juta. Meski saya tidak mempunyai uang, namun paling tidak saya masih mempunyai banyak kenalan. Tapi apa yang bisa dilakukan orang tidak punya ? Kemana dia akan minta bantuan ? Di titik inilah sebenarnya kita punya peran, jika kita memang ingin berperan.
Berikut hasil snapshot saya pada acara peresmian rumah Sehati kemarin (sayang kamera dan pencahayaannya tidak terlalu bagus sehingga kabur ):
Peserta buka puasa bersama
Sambutan Ketua LMI H.Sigit
Penyerahan Secara Simbolik Makanan Tambahan Untuk Bayi
Piagam Peresmian Sehati
Kalau yang ini nggak ada hubungannya ke.. ke... ke...
Senin, 01 Oktober 2007
Buka Bersama Hidayat Nur Wahid : Peresmian Rumah Sehati
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Disitulah pak nikmatnya hamba yang akan diangkat derajatnya, jadi ikhtiar sana-sini itu adalah bagian dari nikmat, seandainya tidak pernah susah maka tidak akan dapat merasakan nikmat.Ok setuju
BalasHapuswah..sama mas edy. sampai sekarang, saya masih potong gaji untuk bayar hutang operasi caesar anak saya yang 16 juta itu..hiks..:(
BalasHapusalhamdulillah...tetap bersyukur..:-)
wah achedy rupanya nyimak apa yang diomongin pak dayat ya..saya malah sibuk jepret sana sini :)
BalasHapushanya saja saya ingin mengajukan pertanyaan ke pak dayat kalo bisa... data 17 trilyun dan 715 milyar itu sumbernya dari mana?
apa yang 715 milyar itu hanya yang terkumpul di lembaga-lembaga amil zakat? lha yang bayar zakat di mesjid-mesjid biasa apa udah dihitung?
Wah, zakat memang terasa berat. Apalagi klo penghasilan yang belum sampai nishob itu kepotong terus ama banyak kebutuhan dan akhirnya malah minus. Tapi, apa ya terus akan begitu, gak zakat-zakat? "Cara paksa" serperi yang Mas Achedy lakukan itu memang harus dilakukan. Mudah-mudahan lama-lama jadi terbiasa dan makin ikhlas.
BalasHapus