Selasa, 22 Mei 2007

Berbicaralah Dengan Bahasa Mereka

Tulisan ini saya buat, karena saya sering mendapatkan email tentang topik yang berkaitan dengan pilkada. Padahal wilayah tempat pilkada itu jauh dari tempat saya. Terkadang datang email yang memuji-muji calon tertentu, namun tidak jarang pula datang email yang protes dengan isi dialog seorang calon dengan pengunjung kafe yang dianggap tidak Islami, padahal calon tersebut berasal dari partai Islam.

Saya kemudian berfikir, jika saya adalah orang yang berada pada posisi tersebut, bagaimana menghadapi persoalan seperti ini ? Apalagi jika membawa bendera Islam. Indonesia ini adalah masyarakat majemuk, bahkan dalam masyarakat Islam sendiri, tingkat pemahaman Islamnya juga majemuk. Perdebatan-perdebatan pro-kontra itu muncul karena tingkat pemahaman yang berbeda-beda itu. Jika aktifis dakwah tidak dewasa menghadapinya, maka akan bermunculan hakim-hakim baru yang akan menyambangi kita di email maupun milis, yang ujung-ujungnya adalah perdebatan yang melelahkan.

Salah satu kaidah dalam fiqih dakwah yang saya ingat adalah, berbicaralah dengan bahasa mereka. Yang di maksud dengan bahasa mereka adalah tingkat pemahaman mereka. Oleh sebab itu dalam berbagai kesempatan, ketika nabi menjelaskan tentang Islam kepada kaum badui, adalah penjelasan yang sederhana, sesuai dengan tingkat pemahaman dan cara berfikir mereka.

Dalam komunikasi, ketika kita mentafsirkan maksud seseorang, maka kita juga harus melihat dengan siapa orang itu bicara, sehingga "asbabul wurud" adalah hal penting untuk menjelaskan maksud hadits, demikian pula "asbabun nuzul" adalah alat penting dalam mentafsirkan Al Quran.

Di Era Informasi yang sudah canggih ini sulit berbicara dengan sebuah segmen tertentu, karea media masa akan meneruskannya ke semua segmen. Sehingga selain berbicara sesuai dengan bahasa mereka, maka kita harus memahami dengan siapa mereka berbicara.

Jika pembicaraan dengan aktifis dakwah dipahami secara pekerja club malam, atau pembicaraan dengan pekerja club malam dipahami secara aktifis dakwah. Tentu tarfsirnya menjadi sangat salah.

2 komentar:

  1. yang pasti jangan bicara dengan bahasa manusia kalau tengah diskusi ama kera :)
    btw, lagi bicara ama sopo tho?

    BalasHapus
  2. Dalam hal ini termasuk juga menulis blog. Bicaralah dengan bahasa pengunjung :D

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)