Rabu, 31 Januari 2007

Kereta Api, Antara Menyenangkan dan Menyebalkan

Kereta Api"Naik kereta api, tut tut tuuut .... ". Lagu yang sering saya nyanyikan di Taman Kanak Kanak ini menggambarkan betapa senangnya naik kereta api. Saya sendiri akhirnya kesampaian naik kereta saya tamat SMA. Sepulang UMPTN, saya benar-benar naik kereta.

Pengalaman pertama saya tidak kebagian tempat duduk, namun saya masih menikmatinya, maklum pengalaman pertama. Hari-hari berikutnya, saya sering menggunakan layanan ini terutama saat pulang dari Surabaya ke kampung halaman. Naik kereta api Rapih Doho dan turun di Tulungagung.

Sebulan terakhir Kereta Api kelas ekonomi Bengawan telah dua kali terperosok dan keluar rel. Berita itu melengkapi kecelakaan kereta sebelumnya seperti tabrakan kereta, juga perampokan di kereta. Dan seperti biasa petugas selalu berkata, sebenarnya semuanya masih layak.

Ada beberapa pertimbangan mengapa saat kuliah saya menggunakan layanan ini,
1. Murah, naik kereta api Surabaya - Tulungagung harganya bisa sepertiga naik bus.
2. Anti Macet, ini penting apalagi saat hari raya atau 17 Agustus.
3. Jalannya Lurus dan Tenang. Karena menggunakan rel yang mulus dan lurus. Tidak seperti bus yang sering berbelok, tekan gas dan injak rem. Saya pribadi bisa dengan nyaman membaca di kereta, tidak seperti di bus, lima menit membaca rasanya perut sudah mual.
4. Rasa aman dari kecelakaan. Saya sendiri lebih merasa aman dari kecelakaan dengan naik kereta. Saya bayangkan bus dengan jalan yang banyak pengendaranya, dan terlalu berfokus pada seorang sopir yang mempunyai rasa lelah dan lalai. Menurut saya, bus mempunyai probabilitas error yang lebih besar dibandingkan kereta yang hanya tinggal mengikuti rel saja.
5. Tempat duduk yang saling berhadapan dengan jendela terbuka lebar disamping, membuat kita lebih nyaman menikmati pemandangan, meskipun sering pemandangan disekitar kereta tidak bisa disebut indah.

Namun ternyata default setting naik kereta yang menyenangkan itu ternyata tidak dibarengi dengan pengelolaan yang memadahi ( saya tidak bilang untuk kelas eksekutif karena saya memang belum pernah naik ). Semuanya apa adanya, dan asal bisa jalan. Hal menyebalkan yang membuat saya tidak pernah naik kereta api lagi adalah,
1. Jam karet, untuk stasiun awal keberangkatan barangkali tak terlalu, paling sepuluh menit sampai setengah jam, namun untuk stasiun di tengah jalan, bisa berjam - jam.
2. Mengabaikan quota, untuk kelas ekonomi berapa orangpun masuk. Saya pernah trauma naik KA Ekonomi Jakarta - Surabaya karena saya baru bisa duduk di Lamongan. Waktu itu duduk di lantaipun tidak bisa, itu adalah suasana sesak yang belum pernah saya alami sebelumnya.
3. Pedagang asongan, pengemis, dan pengamen yang sudah melampaui batas. Pengamen dan pengemis tak pernah putus menghampiri penumpang. Ini adalah bagian yang paling tidak nyaman dalam dikereta.
4. Lampu dan kipas angin mati. Jangan heran jika naik kereta malam hari dengan suasana gelap gulita, atau siang hari yang panas dengan penumpang sesak tanpa kipas angin.
5. Tidak ada petugas keamanan gerbong, yang ada hanyalah petugas pemeriksa karcis.
6. Stasiun yang jauh dari terminal. Untuk mencapai terminal biasanya kita naik becak dengan harga yang mahal.

Saya masih berharap PJKA bisa memperbaiki layanannya terhadap penumpang kelas ekonomi, paling tidak benahi fasilitas seperti WC, kipas angin, dan lampu. Data para pedagang yang berdagang di kereta dan berilah petugas keamanan gerbong yang akan mengatur dan memberi keamanan pada penumpang.

Saya tidak terlalu mengeluh tentang harga asal fasilitasnya standard. Jangan hanya alasan sangat murah, maka penumpang diperlakukan seperti barang. Dan jika layanan kereta sudah standard, mungkin saya tidak trauma lagi naik kereta, juga tidak was-was mengajak anak naik kereta.

------
Gambar dari anduz.blubox.us

4 komentar:

  1. yg argo sami mawon cak, beberapa malah bau wcnya ndak disumbat dan menjalar kemana2. pramugara/i *kalo di kereta nyebutnya apa ya? malah jualan sendiri2, bukannya ngelayanin penumpang, minumannya dan makanannya mungkin bekas (???). kalo saja ada pilihan lain, saya ndak pernah mau pake jasa PJKA.

    BalasHapus
  2. Saya menikmati naik kereta api Mas, apalagi kalau pelayanan yang diurai di atas dapat dipenuhi. Sekali waktu tahun lalu saya sempat naik kereta Semarang-Jakarta dan sangat senang rasanya. Jadi ingin bawa keluarga rame2. Memang masih banyak permasalahan, termasuk rawan kecelakaan itu. Moga-moga jasa kereta bisa kita tingkatkan ya....

    BalasHapus
  3. Kereta jadi alternatif transportasi saya ke Bandung cak. Sekarang harganya hampir dapat dikatakan sama dengan bus Jakarta Bandung via Cipularang. Cuma ya kok dari dulu ngga ada peningkatan kualitas dan fasilitas. Tanya kenapa...

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)