Rabu, 14 Juni 2006

Lebih Banyak Dari Yang Kita Berikan

Secara Ekonomis Matematis, jika kita memberikan sesuatu kepada orang lain, maka kita telah merugi sebesar yang telah kita berikan itu. Namun tidak demikian bagi sebagian orang, mereka menganggap bahwa ternyata rumus kehidupan itu jauh lebih kompleks dari perhitungan Ekonomis Matematis.

Dalam beberapa edisi majalah bulanan Ukhuwah, majalah bulanan LMZIS Ukhuwah Islamiyah yang sekarang berubah nama menjadi U-U ini, beberapa donatur menuturkan kisah suksesnya setelah mereka melaksanakan zakat dan melakukan infaq secara rutin. Ada yang usahanya menjadi lebih lancar, keinginannya terkabul atau problematika yang melilitnya teratasi.

Tentu saja anda boleh saja tidak percaya, karena tidak ada bukti empiris yang bisa mengkaitkan usaha seseorang untuk memberi, dengan keuntungan yang dia peroleh. Namun bagi saya yang masih percaya pada Gusti Allah, apa yang diceritakan para donatur tersebut sangat masuk akal. Allah akan sangat mudah untuk menolong orang yang menolong hambaNya yang membutuhkan. Allah akan sangat mudah untuk membukakan pintu-pintu kesuksesan bagi mereka yang mengantar orang lain untuk sukses. Allah akan memudahkan orang yang memudahkan orang lain.

Perbincangan saya dengan rekan saya beberapa saat lalu memperdalam renungan saya. Rekan saya bercerita, mungkin Google atau Yahoo yang meraup keuntungan yang sangat besar, juga Friendster yang bisa dibilang sukses, karena mereka telah banyak memberi kepada orang lain. Kita bisa memiliki account email besar yang kalau menyewa mungkin bisa ratusan ribu per bulan, bisa mencari dokumen dengan mudah tanpa dipungut biaya, dan melakukan chatting gratis dengan layanan yang tidak bisa dibilang seadanya. Mereka telah menggratiskan layanan yang dikelolanya secara profesional itu. Dan rasanya sangat adil jika akhirnya mereka mendapatkan sesuatu yang jauh lebih besar dari apa yang mereka berikan.

Pada saat-saat kesulitan keuangan terkadang ada pertanyaan dalam hati saya, mungkin infaq saya terlalu kecil kali ya? Ya, tentu saja kita tidak akan mendapatkan balasan yang memadai, jika kita sudah berbangga dengan infak seribu pada seorang pengemis, atau menginfakkan hal yang sebenarnya sudah tidak kita pakai lagi.

Saat ini, telah banyak Lembaga Zakat dan Infaq yang membuat program secara sistematik dan bisa dipercaya. Mereka akan memberikan laporan bulanan melalui buletin dan majalah kepada setiap donatur. Kitapun bisa berinfaq ketika mendapat rizqi atau setiap awal bulan. Bahkan petugas mereka akan rela hati untuk mengambilnya ke rumah kita.

Di Surabaya paling tidak ada beberapa lembaga yang saya pandang profesional dalam menghimpun dan menyalurkan Infaq dan Zakat, LMI Ukhuwah Islamiyah, Pos Keadilan Peduli Ummat(PKPU), Yayasan Dana Sosial Al Falah(YDSF), Lembaga Mal Hidayatullah, dan Rumah Zakat.

Fasilitas berinfaq telah lengkap, tinggal kerelaan hati kita untuk berbagi dengan sesama.

4 komentar:

  1. wah, betul sekali pakde.

    Analogi amal dengan apa yang dilakukan google dan yahoo sangat mengena bagi blogger nih;)

    BalasHapus
  2. Saya punya cerita mas Achedy---true story---sekedar sharing. Dulu waktu kecil, di halaman rumah saya ada sebuah pohon mangga. Di setiap musim buah, ibu saya almarhum (moga-moga pahalanya terus berlipat ganda) adalah orang yang ringan memberi dan semua tetangga sekitar pasti ikut merasakan mangga itu. Buahnya ranum, rasanya manis.

    Lalu, rumah itu dijual. Malangnya yang menempati sepertinya tidak melanjutkan tradisi bagi-bagi itu. Entah 'merajuk' atau bagaimana, pohon mangga itu semakin sedikit buahnya dan kemudian berhenti berbuah sama sekali. Setiap kali berbunga, selalu jatuh berguguran....

    Dengan satu dan lain cara, insya Allah kisah pohon mangga itu menjadi pelajaran, bahwa yang memberi adalah juga yang menerima, bahkan berlipat ganda...

    Salam, Anwar.

    BalasHapus
  3. hhmm..kalau kata ustadz yusuf mansur, berinfaklah dengan infak yang dapat membuat malaikat terkejut dengan infak yang kita berikan :)

    BalasHapus
  4. saya sedih kalo omong soal infak, karena infak saya masih sgt kecil pengorbanannya di banding sodara2 saya yg laen Pdhl katanya infak mengajari kt utk ta terlalu cinta dunia ya....tp...ah begitu banyak alasan yg menghadang justru ketika tyangan akan merogoh lebih dalam

    doakan pak

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)