Sabtu, 28 Januari 2006

Kemenangan Hamas dan Demokrasi Pilih Kasih Amerika

Hamas, sebuah kelompok perlawanan, yang kini mencoba melakukan aksi legal lewat parlemen - sebuah sistem pemilihan pengelola negara yang dikatakan Amerika sebagai demokrasi -, ternyata menang. Sebuah hal yang sangat mengejutkan bagi Israel dan Amerika tentu saja. Kemenangan Hamas akan sedikit menyulitkan bagi mereka karena harus mengubah definisi antara demokrasi adalah kedaulatan ditangan rakyat atau demokrasi adalah kedaulatan ditangan Amerika. Dan tentu saja, seperti yang sudah-sudah, Amerika dan Israel lebih memilih arti demokrasi sebagai kedaulatan di tangan Amerika. Karena itu mereka menanggapi kemenangan Hamas ini dengan tidak proporsional. Mereka melanggar lagi definisi yang telah mereka buat sendiri, karena mereka kalah. Karena itu menyadari bahwa Amerika akan meredefinisikan makna demokrasi di Palestina dengan semaunya sendiri, maka Hamas mengingatkan bahwa Amerika Harus Menghormati Hasil Pemilu Palestina.


Selama ini, Amerika dan sekutunya memang selalu melakukan propaganda hitam terhadap Palestina terutama Hamas. Mereka memberi cap teroris kepada Hamas, karena aksi-aksi Hamas yang tak kenal kompromi dengan Israel. Mereka menyalahkan Hamas karena menggunakan sarana bom syahid atas aksi-aksinya. Hamas memang sudah tidak mempunyai cara lain. Hamas tidak mempunyai mesin perang sebagaimana yang dimiliki Israel. Hamas tidak disokong secara riil oleh negara lain sebagaimana Amerika menyokong Israel. Hamas Tidak mempunyai buldoser sebagaimana Israel yang selalu membuldoser rumah-rumah rakyat Palestina di kampung halaman mereka sendiri.


Kemenangan Hamas ini memang memalukan Amerika. Propaganda Hitam yang selama ini keluar dari mulut Amerika termentahkan. Hamas menang. Logikanya, jika benar bahwa Hamas adalah organisasi teroris yang jahat, maka mungkinkah mayoritas rakyat menjatuhkan pilihan pada mereka? Yang benar, sebenarnya selama ini Hamas telah melakukan banyak hal kepada rakyat. Hamas intens di bidang pendidikan, dakwah, dan kesehatan. Hanya saja tidak ada media yang melakukan publikasi akan hal ini. Bahkan, mungkin tidak ada yang percaya bahwa calon anggota legislatif dari Hamas ada pula yang kristen.


Media memang tidak selalu memihak yang benar, tetapi bukan berarti kemenangan di media adalah kemenangan pula pada sisi realitasnya. Karena bagaimanapun Rakyat Palestinalah yang tahu mana yang bohong dan yang jujur, dan mana yang membela dan yang menista. Selamat HAMAS !

2 komentar:

  1. Sebenarnya bukan kali ini saja AS bersikap demikian. Di sejumlah negara yang mereka dorong untuk lebih demkratis (baca : versi AS) juga sering terjadi demikian. Misalnya ketika FIS memenangkan pemilu di Aljazair.

    Pendek kata, AS hanya mau mengakui hasil pemilu produk demokrasi asalkan si pemenang adalah orang/kelompok yang besar kemungkinan bisa disetir oleh mereka sendiri. Jika tidak, dengan segala cara mereka berusaha untuk selalu berkelit.

    BalasHapus

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)