Sabtu, 19 Maret 2005

Oleh - Oleh Dari Pelatihan Jurnalistik Agar Training Menjadi Lebih Menarik

Mungkin anda pernah mengikuti pelatihan. Dan diantara yang anda ikuti itu, terkadang anda mendapatkan seorang trainer yang sangat menyenangkan dan terkadang sangat membosankan, sehingga anda sering menutup mulut karena kantuk. Tapi saya yakin, diantara sekian banyak pelatihan yang kita ikuti, masih lebih sering mengalami kebosanan daripada menyenangkan.


Demikian pula, ketika saya diminta mengikuti training jurnalistik, sudah terbayang bahwa pelatihan menulis pasti sangat membosankan. Penuh aturan ini, itu. Begini nggak boleh dan begitu nggak boleh juga. Menyebalkan. Tapi saya tetap memutuskan untuk ikut, karena katanya tutornya adalah orang yang telah malang melintang di dunia perjurnalistikan.


Salah, ternyata pelatihannya sangat menarik. Dan setiap peserta mengacungkan jempol tangannya, sambil berkata, "Rugi kalau nggak mengikuti pelatihan ini".


Pak Errol Jonathans, begitulah ia biasa disebut. Seorang direktur penyiaran radio Suara Surabaya yang sebelumnya, selama bertahun-tahun menjadi wartawan Pos Kota. Ia membawakan materi selama 5 jam perhari, selama tiga hari, sendirian. Dan dia membawakannya dengan sangat menarik.


Saya mencermatinya, mengapa sedemikian menarik, padahal dari semua uraiannya sebenarnya hanya ada dua kesimpulan, bahwa jurnalistik itu, pertama harus berimbang, dan kedua harus menarik dan layak jual.


Dari hasil pencermatan itu, saya temukan beberapa item, yang barangkali Pak Errol sendiri mungkin tidak menyadarinya :). Terus saya bumbui dengan sedikit pengalaman saya.


Seorang trainer itu,


Pertama, kelihatan pintar. Sukur-sukur bila pintar beneran. Seorang trainer harus kelihatan smart, percaya diri, sangat mengerti persoalan, dan tidak ragu-ragu. Sembunyikan ketakutan anda, kebingungan anda, dan bahkan meskipun sebenarnya anda tidak terlalu bisa. Dan berilah kesan kepada peserta, bahwa sebenarnya anda adalah seorang pakar.


Kedua, jangan sombong. Kelihatan pintar dengan kelihatan sombong, lain. Tidak ada orang yang tidak muak dengan orang sombong. Maka anda harus sangat berhati-hati. Jangan terlalu berbicara muluk-muluk, apalagi memuji-muji diri sendiri. Biarlah peserta sendiri yang akan menilai bahwa kita memang pintar.


Ketiga, bicaralah dengan sangat keras. Bahkan, kalaulah tidak ada mikrofon, maka sebenarnya suara anda masih sangat jelas terdengar sampai ke belakang. Untuk masalah ini, anda harus sering berlatih agar tenggorokan anada tidak terbakar. Ini juga akan menyebabkan anda terlihat lebih percaya diri.


Keempat, anda harus mengerti materinya, kalaupun tidak, maka anda harus tetap mengerti kerangka dasarnya. Kalau tetep tidak mengerti, lebih baik anda jangan memberikan pelatihan dulu :)


Kelima, wawasan anda harus luas. Anda harus sering baca koran, majalah, suratkabar, internet, mendengarkan radio dan mencari informasi dengan diskusi, ikut pelatihan dilain tempat dsb. Wawasan inilah yang nantinya akan anda gunakan untuk mengembangkan kerangka dasar pelatihan. Semakin luas wawasan anda, maka akan semakin menarik pelatihan anda, karena peserta akan selalu mendapatkan sesuatu yang baru dan aktual. Dan inilah sebenarnya yang menyebabkan pelatihan menjadi sangat mengesankan; karena setiap saat peserta akan selalu menunggu hal baru yang keluar dari mulut anda. Kekurangan wawasan menyebabkan apa yang akan anda katakan menjadi mudah sekali untuk di tebak. Dan ini menjadikan pelatihan sangat membosankan.


Keenam, berilah contoh-contoh yang nyata kalau ada. Kalau tidak ada, maka contoh yang anda berikan harus realistis, masuk akal. Jangan memberikan contoh yang tidak masuk akal dan mengada-ada. Dan jangan sering-sering memberikan contoh yang sudah sering dibicarakan.


Ketujuh, sesekali bukalah situs ngakak.com, dan situs-situs lucu lainnya. Karena sesuatu yang lucu akan mengarahkan perhatian peserta ke kita, dan sesuatu yang datar-datar saja, akan mengarahkan peserta ke ngantuk :). Tetapi jangan mengarahkan ke topik porno, karena meskipun lucu, tetapi sebagian orang mungkin risih. Arahkan ke hal lucu tapi smart.


Kedelapan, pancing peserta untuk berpendapat, dan bertanya.


Kesembilan, berilah kesempatan kepada peserta untuk mengerjakan hal yang bisa mereka kerjakan untuk latihan.


Kesembilan, jangan pernah menyalahkan peserta. Berikan saja wawasan - wawasan atas apa yang telah mereka lakukan. Dan biarkan yang menyimpulakan bahwa peserta salah adalah peserta sendiri.


Kesepuluh, lakukan polling untuk mengetahui pendapat peserta. Misal tentang rangking pelanggaran jurnalistik. lantas kita analisa bersama-sama.


Kesebelas, salahkan diri anda sendiri jika sebagian besar peserta merasa ngantuk, dan ogah-ogahan. Ini menjadi bahan evaluasi, bahwa anda tidak dapat membawakan pelatihan secara menarik.


Keduabelas, dan yang paling penting adalah jam terbang anda menangani pelatihan. Sebaik apapun teori yang diberikan, tidak akan ada hasilnya jika kita tidak pernah berlatih.


Setelah anda membaca uraian di atas, apakah anda menganggap bahwa saya adalah orang yang sangat mengerti tentang bagaimana menjadi trainer ?? Meski saya mungkin bukan seorang trainer yang baik, paling tidak kan anda menyangka saya mengerti. Dan bagi seorang tainer itu sudah lebih dari cukup.



Edy Santoso
Seorang lulusan Training Jurnalistik 7 - 10 maret 2005 di BPDE Jatim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)