Jumat, 13 Agustus 2004

Sudah Saatnya Kita Jadi Pelaku …

)Kemarin heboh, film “Buruan Cium Gue !!!!” menjadi sorotan publik. Tidak hanya karena film itu tidak berkarakter, tapi film itu terlalu berani menyuguhkan adegan syur lewat ciumannya. Juga lewat pakaian bikini yang dikenakannya di pantai. Terus terang saya memang melihat cuplikannya di televisi. :(

Ada banyak tanggapan tentang film itu. Dan seperti biasa, para agamawan dan masyarakat anti pornografi berteriak,”Tarik film itu sekarang juga”. Namun seperti biasa, para produser dan artis dengan gaya seakan tak bersalah berkata,”Kami hanya menampilkan realitas remaja Indonesia”.


Kasihan anak-anak kita, remaja Indonesia, jika karakternya dibawa ke bentuk seperti itu. Padahal kita menghadapi persoalan - persoalan bangsa yang tidak bisa dibangun hanya dengan hura-hura. Bagi yang menganggap itu bagian dari budaya, silahkan berbuat sesukanya, tapi tolong, jangan pertontonkan hal itu di depan umum, di depan anak-anak kami para remaja, begitu kira-kira tanggapan AAGym yang di wawancarai Jejak Kasus TV7.


Memang, sekarang ini, sepertinya sulit mendapatkan hiburan yang mendidik. Semua media menyerang kita dari kiri dan kanan, dari atas dan bawah. Materi yang di suguhkan lebih sering beraroma kekerasan, seks, dan mistik. Sulit mendapatkan media yang membawa anak-anak kita berfikir tentang masa depannya, berfikir tentang prestasi dan berfikir tentang bagaimana menghadapi tantangan masa depan yang kian keras. Berfikir tentang Perjuangan !.


Diakui atau tidak, media telah mendidik para remaja dengan having fun, suka-suka, hura-hura. Jika tidak ada kesadaran dari semuanya untuk keluar dari jebakan ini, jika tidak ada keinginan kuat dari semua elemen bangsa untuk berfikir menyelamatkan generasi muda, maka kita tidak akan pernah menjadi bangsa yang kuat dan berkarakter.


Kita ingin meniru negara maju, namun kita tidak pernah meniru kerja kerasnya, yang kita tiru adalah sampah peradabannya. Mungkin tanpa malu-malu kita harus belajar banyak dari tetangga kita malaysia. Bagaimana sebuah peradaban dengan budaya yang terkontrol jauh lebih memberikan karakter dan kehormatan, juga kemajuan.


Sekarang, kita harus bertanya sampai kapan kita harus terus berteriak, sampai kapan kita harus terus – menerus menjadi korban, Sampai kapan remaja-remaja kita harus larut dalam bius hura-hura hingga akhirnya menjadi zombi, manusia bergerak tanpa fikir.


Sudah saatnya kita menjadi pelaku, menjadi agen perubahan, menjadi pelopor bagi tergapainya kembali kredibilitas bangsa ini. Nafas kita harus mulai menghembuskan aura positif buat kemaslahatan bangsa ini.


Saya sangat salut dengan Pak Ndo (Arswendo Atmo Wiloto) yang dengan percaya diri mempromosikan filmnya,”Hanya ada tiga yang saya tawarkan dari keluarga cemara, tanpa pornografi, tanpa kekerasan, dan tanpa mistik”. Suatu hal yang patut kita acungi jempol. Mungkin apa yang dikerjakan Pak Ndo seperti tertimbun acara lain yang lebih banyak. Tapi Pak Ndo sudah berbuat. Dan mudah-mudahan menjadi pemicu bagi yang lainnya agar memanfaatkan media menjadi kunsumsi publik yang mendidik.


Mulailah dengan menulis dimedia, internet, dan semuanya. Dan beberkan di segala media bagaimana seharusnya seseorang menapaki hidup, dan bagaimana seharusnya menghadapi tantangan. Jika masing – masing kita berbuat untuk itu secara bersama – sama, bukan tidak mungkin kita akan memegang kendali media. Ingatlah, masa depan bangsa ini sangat tergantung pada kepedulian kita. Bismillah, mulailah berkontribusi.


------------------------------------------------------------------------
Edy Santoso
Mengelola website pribadi http://achedy.tk yang katanya, “Kita harus mulai melangkah meskipun dari hal sekecil ini”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)