Satu hal terpenting dalam kehidupan ber-Islam adalah berjamaah, bekerja secara bersama-sama, membangun secara kolektif, dan berbuat untuk bisa “saling”. Saling membantu, saling melengkapi, saling menguatkan, saling bersaudara dsb. Karenanya hidup dalam sebuah jama’ah, membangun sebuah komunitas kolektif dalam Islam, sangatlah dianjurkan, ataulah bahkan diwajibkan.
Saya begitu merasakan betapa hidup dalam nungan jamaah menjadi begitu tenteram, lebih terarah dan tentu lebih baik. Meski dalam jamaah kecil macam Masjid Manarul ‘Ilmi, namun saya begitu merasakan efek yang luar biasa ketika harus berkecimpung di dalamnya. Pertama, saya bisa belajar Islam, makna kehidupan, kepekaan jiwa dan sebagainya tanpa harus banyak “memakan buku”. Belajar secara langsung seperti itu, bagi saya lebih terasa dampaknya daripada saya membaca buku satu perpustakaan sekalipun. Saya belajar bagaimana seharusnya mengorganisasikan sebuah tujuan, saya belajar bagaimana seharusnya berperilaku dalam Islam, saya belajar bagaimana seharusnya membangun tujuan, saya belajar bagaimana seharusnya beribadah yang baik. Saya membaca dari rekan-rekan saya, ustadz-ustadz kami yang sering mengisi pengajian, dan dari perilaku rekan-rekan kami yang menunjukkan jiwa yang luar biasa, hingga saya merasa sangat kerdil dan tidak ada apa-apanya, lalu saya memulainya untuk berlatih seperti mereka. Begitulah makna persaudaraan dan hidup berjamaah yang barangkaili akan memberikan kesan yang sangat mendalam.
Kedua, hidup dalam naungan jamaah menjadikan diri kita selalu tertaujiahi, selalu ternasehati, baik oleh lisan rekan kita atau oleh perilakunya yang selalu saja menggambarkan ruh dakwah. Jika saya melihat rekan-rekan saya yang lebih menderita dari saya, maka saya belajar bagaimana ia dapat bersifat sabar, dan jikalau saya bertemu dengan rekan-rekan yang berkecukupan maka saya saya banyak belajar bagaimana bersyukur, dan jika malam-malam rekan-rekan terbangun untuk QiyamulLail, maka saya bertanya kepada diri saya, sudah berapa lama tidak berQiyamul Lail. Jika saya menjumpai rekan saya yang membaca Qur’an maka saya kemudian bertanya kepada diri saya sendiri, sudahkan saya membaca Al Qur’an. Begitulah hidup berjamaah menjadikan kita selalu ternasehati.
Ketiga, hidup berjama’ah juga membangun motivasi. Jika saya melihat rekan-rekan saya begitu banyaknya, maka saya merasa bahwa saya tidaklah sendirian, ada banyak rekan yang dapat saya mintai pertolongan, ada banyak orang yang akan memberikan harapan Ketika kita banyak masalah, ada wajah-wajah yang selalu tampak menyenangkan, hingga terkadang melihat wajahnya saja, atau membaca tulisannya saja sebuah luka menjadi terobati.
Begitulah hidup berjamaah menjadikan kita saling menguatkan, saling memotivasi, saling menasehati, saling memberikan pelajaran, dan saling mengisi.
Jika orang hidup sendiri-sendiri, betapapun berkualitas orang itu, namun ia tak akan ada artinya, karena kesendirian tidak akan meumbuhkan kekuatan. Hidup sendiri bahkan terkadang dapat melenakan, keluar dari oriaentasi dan cita-cita mulia, tidak tahan terhadap godaan, mudah lupa akan banyak hal yang dahulu dicita-citakan.
Nabi pernah bersabda,” Kalian harus berjama’ah, sebab serigala akan memangsa kambing yang sendiri” Begitulah mengapa hidup berjamaah menjadi sangat penting.
Yang menjadi pertanyaan adalah, bahwa jamaah kaum Muslim adalah terlalu banyak, dan tidak ada jamaah yang satu dalam tubuh kaum muslim. Manakala ada tergelitik pertanyaan semacam itu, lantas jangan kemudian kita mengatakan, “ah, lebih baik tidak usah berjama’ah” Pilihlah yang terbaik, dan bergabunglah dengan mereka.
Maka tak ada lagi alasan untuk tidak hidup berjamaah., minimal dalam komunitas di kampung, kampus, dan kantor kita, maka tegakkanlah hidup dalam berjamaah itu, sambil menantikan datangnya sebuah jama’ah yang akan menyatukan umat islam ini, itupun kalau kita masih dapat menemuinya, kalau tidak, apa yang telah kita usahakan ini insyaallah berkenan di sisi Allah.
Jadi jika demikian mengapa kita tidak hidup berjamaah saja.
Edy [[email protected]], 1 Ramadhan 1422 H
Selamat menunaikanibadah Ramadhan, semoga Allah selalu menaungi kita dengan cinta dan rahmadnya, dan semoga Ramadhan kali ini membuat diri kita lebih bermakna. Dan terimakasih kepada banyak rekan saya yang selalu saja memberikan tausiyahnya kepada saya, bahkan dalam diamnya.
Sabtu, 17 November 2001
Maka Berjamaahlah
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Artikel mungkin sudah tidak up to date, karena perkembangan jaman. Lihat tanggal posting sebelum berkomentar. Komentar pada artikel yg usianya diatas satu tahun tidak kami tanggapi lagi. Terimakasih :)