Senin, 17 Februari 2025

Bos Kecil

Sering kita harus memutuskan, mau bergabung dalam suatu perusahaan atau tidak? Namun tanpa sengaja saya menemukan postingan nasehat ayah Jaya Setiabudi:

“Jangan ulangi kesalahan Papa, lebih baik jadi bos kecil, daripada gede jadi kuli! Kuli kerja, kuli dapat makan, kuli gak kerja, gak dapat makan! Kalau bos, ngak kerja pun dapat makan!”

dan ...

“Jangan bekerja untuk perusahaan tapi bekerjalah untuk diri sendiri agar diri berkembang, sehingga ketika perusahaan tidak membayar seperti saat kita lembur atau susah payah kita. Kita tidak merasa rugi tapi beruntung karena diri telah berkembang”

Pesan yang sangat dalam ...

Selasa, 11 Februari 2025

Sekolah vs Realitas

Ada cara belajar di sekolah yang bertentangan dengan cara belajar di dunia nyata.

Di sekolah siswa tidak boleh gagal, namun di dunia nyata yang diperlukan adalah mental berani gagal. Berani gagal artinya berani mencoba. Dan keberhasilan dibangun dari kegagalan berkali-kali. 

Ya sebisa mungkin orang harus mengerjakan sesuatu dengan benar, hanya saja perlu dibedakan, mana kesalahan dari proses belajar dan mana kesalahan yang disengaja.

Di sekolah siswa tidak boleh mencontek, namun di dunia nyata kita harus open book, harus buka buku, bahkan boleh meniru ide dari keperjaan orang lain, dengan bahasa keren tiru, amati, modifikasi.

Apakah Rocket Chicken membuat outlet ayam goreng dari idenya sendiri? Apakah Alfamaret berdiri dengan ide yang tiba-tiba? Kamu bisa menebaknya sendiri.

Dua hal penting itu saya dapat dari kanal Hubungan Manusia 

Selasa, 21 Januari 2025

Market

Sering kita diminta  sekolah untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan. Pengetahuan adalah basicnya dan ketrampilan adalah implementasi dari pengetahuan. Yes, kita dididik itu dari TK sampai Universitas. 

Namun mengapa banyak orang alumni Universitas, yang banyak diantara mereka berasal dari Universitas bonafid, atau jurusan yang mentereng tidak mampu mendapatkan pekerjaan yang layak, atau mengapa tingkat pengangguran sarjana ini cukup tinggi?

Memang bisa jadi ada isu kualitas pendidikan. Namun saya kira isu terbesarnya adalah market. Lulusan Sarjana mungkin bisa ini itu, namun jika tidak ada marketnya, bagaimana bisa dapat pekerjaan.

Ketrampilan  yang dihasilkan oleh lulusan dokter, apoteker, perawat harus selaras dengan industri kesehatan. Lulusan teknik harus selaras dengan industri manufaktur.

Industri-industri inilah yang bisa menghubungkan antara keahlian dan market.

Kecuali kamu ingin menjadi wirausahawan. Wirausahawan harus bisa menciptakan market dari ketrampilan yang dia miliki. Sayangnya menjadi marketing tidak diajarkan di sekolah.

Idealnya memang pendidikan itu bisa menghasilkan 3 komponen dasar: pengetahuan, ketrampilan, marketing.

Ya. memang ada jurusan marketing di perguruan tinggi, walaupun yang saya sering merasa aneh, mengapa ada lulusan marketing yang nganggur? Apakah ilmu yang dipelajari hanya sebatas sampai level untuk mendapatkan pengetahuan?