Selasa, 27 Mei 2008

Anarkhisme , Mahasiswa dan Polisi

Apakah anarkhisme hanya dilakukan oleh orang-orang suruhan yang gak puas hasil pilkada, lalu membakar-bakar apa saja dan melempar-lempar batu ? Ternyata tidak. Malam tadi dalam acara berita malam di TVOne antara Komnas HAM dan Polisi, diambil cuplikan tentang demonstrasi menentang BBM di kampus UKI Cawang. Mahasiswa melempar batu dan bom molotov ke arah jalan di luar kampus. Dan beberapa ada yang mengenai ban kendaraan yang lewat. Anarkhis dan ironis.

Kemudian saya membayangkan apakah di kampus UNAS kemarin juga demikian ? Ini yang tidak saya ketahui. Kalau cara yang dilakukan seperti apa yang ditayangkan kemarin saya kok ya nggak setuju. Lha kalau caranya sama dengan warga yang protes pilkada, terus apa beda mahasiswa yang berpendidikan dan bukan ? Lha kalau cara protes mahasiswa seperti itu, maka jangan salahkan kalau di daerah-daerah cara demo mereka juga bakar-bakar, karena mestinya mahasiswa lebih pintar dari mereka kan ? Demokrasi hanya bisa berjalan dengan baik jika tanpa anarkhis.

Dalam persoalan demonstrasi sering polisi di hadapkan pada posisi serba salah. Membiarkan mereka melempari jalan, membakar ban dan memblokir jalan salah, namun mengejar mereka juga rentan terkena pelanggaran HAM. Sementara posisi Mahasiswa lebih untung karena apapun yang mereka lakukan tidak pernah salah dan melanggar HAM. Sementara komnas HAM lebih berperan sebagai pembela Mahasiswa daripada pembela HAM. Seharusnya kalau mereka membela HAM maka polisi yang memukuli mahasiswa dalam keadaan menyerah marus dihukumi sebagai pelanggar HAM, namun mahasiswa yang melempari polisi dengan bom molotov juga harus diperlakukan sama.

Terakhir, yang saya heran kenapa saya tidak pernah menjumpai polisi membawa kamera saat menangani aksi demo ? Saya kira ini penting, karena bisa dijadikan bukti siapa yang bersalah. Karena sementara ini informasi yang kita peroleh adalah dari polisi, mahasiswa dan komnas HAM. Data dari polisi adalah polisi jelas membela diri, demikian juga mahasiswa. Sedangkan komnas HAM datanya dari mahasiswa juga, sehingga keputusannya menjadi sangat berat sebelah. Seharusnya TVOne menghadirkan beberapa warga yang ada disitu untuk ngomong. Sehingga bisa menjadi "hakim" agar pandangan kita terhadap sebuah kasus menjadi lebih netral.

Ingat bung negara ini tidak bisa dibangun dengan kekerasan. Capek dengernya.